MAKALAH
KIMIA FISIK II
“ELEKTROKIMIA”
Dosen: Karelius, S.Si, M.Sc
KELOMPOK VII :
-
AFIF KUSUMA YUDHA ACC III 0077
-
CHUCHITA ACC III 0035
-
ENDAH SUTRI SILITONGA ACC III 0076
-
IRMA AYU VIRTAYANTI ACC III 0063
-
KARTI ENDAH UTAMI ACC III 0002
-
NELA LESTARI ACC III 0020
-
NURFIKA ACC
III 0034
-
ROSNIKA SITORUS ACC III 0079
-
SISKA RUSMAWATI ACC III 0032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya lah dan hidayah-Nya jualah penulisan
makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk dijadikan
referensi yang lengkap dan menyeluruh tentang “Elektrokimia”.
Makalah ini disusun secara khusus dan sistemika untuk
memenuhi tugas dari Mata Kuliah “Kimia Fisik II” dan penyusunannya
dilakukan secara kelompok. Substansi yang terdapat dalam makalah ini berasal
dari beberapa referensi buku dan literature-literatur lain, ditambah pula dari
sumber-sumber lain yang berasal dari media elektronik melalui pengambilan bahan
dari internet. Sistematika penyusunan makalah ini terbentuk melalui kerangka
yang berdasarkan acuan atausumber dari buku maupun literatue-literatur lainnya.
Makalah yang berjudul “Elektrokimia” ini dapat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, dosen atau masyarakat umum
dan juga sebagai bahan pembanding dengan makalah lain yang secara substansial
mempunyai kesamaan. Tentunya dari konstruksi yang ada dalam makalah ini yang
merupakan tugas mata kuliah “Kimia Fisik II” banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap diberikan kritikan yang membangun
kepada para pembaca.
Palangka
Raya, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I..... PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A.
Latar Belakang....................................................................................................... 1
B.
Tujuan Penulisan.................................................................................................... 2
C.
Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
D.
Manfaat Penulisan................................................................................................. 2
E.
Metode................................................................................................................... 2
BAB II... PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
A.
Pengertian Sel Elektrokimia.................................................................................. 3
B.
Penggolongan Elektrokimia dan
Pran Jembatan Garam........................................ 5
C.
Potensial Standard an
Konstanta Kesetimbangan Reaksi Sel............................... 9
D.
Potensial Sel dengan ∆G Reaksi
Hubungan dengan Reaksi Kimia.................... 15
E.
Persamaan Nerst.................................................................................................. 17
F.
Potensial Reduksi Standard an
Komposisi.......................................................... 22
BAB III.. PENUTUP...................................................................................................... 28
A.
Kesimpulan.......................................................................................................... 28
B.
Saran.................................................................................................................... 28
GLOSARIUM................................................................................................................ 28
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Elektrokimia
adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang
digunakan dalam reaksi elektrokimia di karakterisasikan dengan banyaknya
elektron yang dimiliki. Dengan kata lain adalah cabang ilmu kimia yang
berhubungan dengan arus listrik dan potensi.
Metode
elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks, yakni gabungan
dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda yang sama/
berbeda dalam suatu sistem elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel
elektrokimia dan reaksi elektrokimia.
Secara
garis besar, sel elektrokimia dapat digolongkan menjadi dua:
1. Sel
Galvani
2. Sel
Elektrolisis
Elektrokimia sendiri
memiliki banyak manfaat dalam bidang analisis kimia, diantaranya:
a. Elektroanalisis
b. Elektrosistesis
c. Elektrokoagulasi
d. Elektrodialisis
e. Elektrowining
f. Elektrofining
g. Elektropalting,dsb.
Sel
elektrolisis merupakan pemanfaatan arus listrik untuk menghasilkan reaksi
redoks. Oleh karena itu, elektrolisis adalah proses penguraian suatu senyawa
dengan pengaliran arus listrik yang melaluinya. Dalam elektrolisis terjadi
perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Sel elektrolisis merupakan
kebalikan dari sel volta karena listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi
redoks tak spontan. Proses elektrolisis dimulai dengan masuknya elektron dari
arus listrik searah kedalam larutan melalui kutub negatif. Sehingga, diharapkan
makalah ini dapat membahas secara lebih detail tentang sel elektrokimia.
B.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan
penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui penggolongan sel elektrokimia dan peranan jembatan garam.
2. Untuk
mengetahui potensial sel standar dan konstanta
kesetimbangan reaksi sel.
3. Untuk
menambah pengetahuan tentang hubungan potensial sel
dan reaksi dengan reaksi kimia.
4. Untuk
mengetahui persamaan Nernst.
5. Untuk
mengetahui potensial reduksi standar dan komposisi.
C.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan
masalah dalam makalah ini dalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian sel elektrokimia?
2. Bagaimana
penggolongan sel elektrokimia serta peran jembatan garam?
3. Bagaimana
potensial sel standar dan konstanta kesetimbangan reaksi sel?
4. Bagaimana
reaksi sel dan reaksi
hubungan dengan reaksi kimia?
5. Bagaimana
pembentukan Persamaan Nernst?
6. Bagaiaman
potensial reduksi standar dan komposisi?
D.
MANFAAT PENULISAN
Manfaat
penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
acuan atau referensi bagi mahasiswa yang akan mempelajari tentang sel
elektrokimia.
2. Sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah kimia fisik II.
3. Sebagai
sarana atau sumber pemberian informasi bagi pembaca tentang sel elektrokimia.
E.
METODE
Metode yang digunakan
dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan yakni mengumpulkan data
yang diperlukan dari bahan-bahan referensi seperti buku, diktat kuliah,
makalah, dan jurnal yang bersangkutan dengan topik yang akan dibahas oleh
penulis serta tambahan bahan dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN SEL ELEKTROKIMIA
Definisi
elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi antara sifat-sifat listrik
dengan reaksi kimia. Misalnya perubahan energi kimia menjadi energy listrik
pada elemen elektrokimia, reaksi oksidasi-oksidasi secara spontan pada elemen
yang dijadikan sumber arus listrik, dan perpindahan elektron dan perpindahan
elektron dalam larutan elektrolit dan terjadi pada aki. Elektrokimia ini
dikenal dengan dalam bahasa inggrisnya adalah electo chemistry.
Adapun
berbagai definisi elektrokimia lainnya yaitu
1. Elektrokimia
adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang berlangsung dalam
larutan pada antarmuka konduktor elektron (logam atau semikonduktor) dan
konduktor ionik (elektrolit), dan melibatkan perpindahan elektron antara
elektroda dan elektrolit atau sejenis dalam larutan.Jika reaksi kimia didorong
oleh tegangan eksternal, maka akan seperti elektrolisis, atau jika tegangan
yang dibuat oleh reaksi kimia seperti di baterai, maka akan terjadi reaksi
elektrokimia. Sebaliknya, reaksi kimia terjadi di mana elektron yang ditransfer
antara molekul yang disebut oksidasi / reduksi (redoks) reaksi. Secara umum,
elektrokimia berkaitan dengan situasi di mana oksidasi dan reduksi reaksi
dipisahkan dalam ruang atau waktu, dihubungkan oleh sebuah sirkuit listrik
eksternal.
2. Elektrokimia
adalah ilmu tentang hubungan antara senyawa listrik dan kimia. Elektrokimia
merupakan studi yang mempelajari bagaimana reaksi kimia dapat menimbulkan
tegangan listrik dan tegangan listrik terbalik dapat menyebabkan reaksi kimia
dalam sel elektrokimia. Konversi energi dari bentuk kimia ke bentuk listrik dan
sebaliknya adalah inti dari elektrokimia. Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu
sel galvanik dan elektrolit. Sel galvanik adalah sel yang menghasilkan tenaga
listrik ketika sel mengalami reaksi kimia sedangkan Sel elektrolit adalah sel
yang mengalami reaksi kimia ketika tegangan listrik diterapkan. Elektrolisis
dan korosi adalah contoh dari proses penting seperti yang ada pada
elektrokimia. Prinsip-prinsip dasar elektrokimia didasarkan pada rasio tegangan
antara dua zat dan memiliki kemampuan untuk bereaksi satu sama lain. Semakin
lama logam dalam elemen galvanik yang terpisah dalam seri tegangan elektrokimia,
semakin kuat listrik akan terekstrak. Teori Elektro-kimia dan metode
elektrokimia memiliki aplikasi praktis dalam teknologi dan industri dalam
banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi elektrokimia telah memberikan
kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar dan baterai, dan pemahaman logam
relatif terhadap satu sama lain dalam elektrolisis dan korosi.
3. Elektrokimia
adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia dalam larutan melibatkan
konduktor (logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit), yang
melibatkan pertukaran elektron antara elektroda dan elektrolit. Bidang Ini
mencakup bidang ilmiah yaitu proses kimia yang melibatkan semua perpindahan
elektron antar zat, sehingga transformasi energi kimia menjadi energi listrik.
Ketika proses ini terjadi, menghasilkan perpindahan elektron yang terjadi
secara spontan dan memproduksi arus listrik ketika terhubung ke sebuah sirkuit
listrik, memproduksi atau perbedaan potensial antar dua kutub, disebut sel atau
baterai (yang sering terdiri dari beberapa sel). Ketika proses ini terjadi dan
disebabkan oleh aksi arus listrik dari sumber eksternal, proses ini disebut
elektrolisis.
4. Elektrokimia
adalah cabang kimia yang mempelajari perpindahan antara energi listrik dan
energi kimia. Dengan kata lain, reaksi kimia yang terjadi pada antarmuka
konduktor listrik (disebut elektroda yang dapat menjadi logam atau
semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit) dapat menjadi solusi dan dalam
beberapa kasus khusus, zat padat . Jika reaksi kimia didorong oleh beda potensial
maka, secara eksternal disebut elektrolisis. Namun, jika penurunan potensi
listrik dibuat sebagai hasil dari reaksi kimia, yang dikenal sebagai "daya
baterai", juga disebut sel baterai atau galvanik. Reaksi kimia yang
menghasilkan perpindahan elektron antara molekul yang dikenal sebagai reaksi
redoks, dan pentingnya dalam elektrokimia sangat penting, karena melalui reaksi
tersebut dilakukan proses yang menghasilkan listrik atau sebaliknya, yang
diproduksi sebagai konsekuensinya. Secara umum, studi elektrokimia menangani
situasi di mana terdapat reaksi oksidasi-reduksi ditemukan dipisahkan secara
fisik atau sementara, berada di lingkungan yang terhubung ke sebuah sirkuit
listrik. Penelitian yang terakhir adalah kimia analitik dalam subdiscipline dikenal
sebagai analisis potensiometri.
B.
PENGGOLONGAN ELEKTROKIMIA DAN PERAN JEMBATAN GARAM
Elektrokimia adalah hubungan
reaksi kimia dengan gaya gerak listrik (aliran electron). Adapun penggolongan
elektrokimia terdiri dari dua macam, yaitu :
u
Reaksi kimia menghasilkan daya gerak listrik (Sel Gallvani)
u
Daya gerak listrik menghasilkan reaksi kimia (Sel Elektrolisa)
Alat yang digunakan untuk
mempelajari elektrokimia disebut sel elektrokimia. Sel elektrokimia adalah
sistem yang terdiri dari elektroda yang tercelup pada larutan elektrolit.
1.
Sel Gallvani/Sel Volta
Pada gambar di atas, logam
Zn akan mengalami oksidasi, sedangkan logam Cu akan mengalami reduksi. Reaksi
kimianya adalah :
Zn
→ Zn2+ + 2 e E0=
+0,76 volt
Cu2+ + 2 e → Cu E0 = +0,34 volt
Zn
+ Cu2+ → Zn2+ + Cu, Esel=
+1,1 Volt.
Fungsi dari jembatan garam adalah untuk
menetralkan kelebihan anion dan kation pada larutan dan untuk menutup rangkaian
sehingga reaksi dapat berlangsung terus-menerus.
Prinsip-prinsip Sel Volta atau Sel Galvani:
a. Gerakan electron dalam sirkuit eksternal akibat adanya
reaksi redoks.
b. Terjadi perubahan energi kimia → energi listrik
c. Pada anoda, electron adalah produk dari reaksi
oksidasi (anoda kutub negative)
d. Pada katoda, electron adalah reaktan dari reaksi
reduksi (katoda kutub positif)
e. Arus electron mengalir dari anoda ke katoda, arus
listrik mengalir dari katoda → anoda.
f. Jembatan garam menyetimbangkan ion-ion dalam larutan.
Konsep-Konsep Sel Volta
a. Deret Volta :
Li,
K, Ba, Ca,Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe, Ni. Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Makin
ke kanan, mudah direduksi atau sukar dioksidasi. Makin ke kiri mudah
dioksidasi, makin aktif dan sukar direduksi.
b. Notasi Sel
Contoh
: Zn/Zn+2//Cu+2/Cu
Dimana
:
/ = potensial ½ sel
// = potensial sambungan sel (jembatan garam)
Macam-Macam Sel Volta
1) Sel Kering atau Sel Leclance
Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan
anak-anak, dll. Katodanya sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam
bentuk grafit) terlindungi oleh pasta
karbon, MnO2 dan NH4Cl2 . Anodanya adalah lapisan luar
yang terbuat dari seng dan muncul dibagian bawah baterai sebagai terminal
negatif.
Reaksi
Anoda adalah oksidasi dari seng :
Zn(s) → Zn2+(aq)
+ 2e-
Reaksi
Katoda :
2MnO2(s) + 2NH4+(aq)
+ 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
Amonia yang
terbentuk pada katoda akan bereaksi dengan Zn2+ yang dihasilkan pada
anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+
2) Sel Aki
ü Katoda : PbO2
ü Anoda : Pb
ü Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya
adalah sebagai berikut :
PbO2(s)
+ 4H+(aq) + SO42-(aq) → PbSO4(s)
+ 2H2O (katoda)
Pb (s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)
Pb (s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)
PbO2(s)
+ Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq)
→ 2PbSO4(s)
+ 2H2O (total)
Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena
ia terlibat dalam reaksi tersebut.
Keuntungan
dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang (recharge) dengan
memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses elektrolisis, dengan reaksi
:
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
2PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)
Kerugian
dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia
mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
3) Sel Bahan Bakar
4) Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya
dan yang umum dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4
Volt.
Katodanya
adalah NiO2 dengan sedikit air
Anodanya
adalah Cd
Reaksinya
adalah sebagai beikut :
Cd(s)
+ 2OH- (aq) → Cd(OH)2(s)
+ 2e-
2e- + NiO2(s) + 2H2O → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
2e- + NiO2(s) + 2H2O → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.
2.
Sel Elektrolisa
Sel
elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada sel elektrolisis,
katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada katoda, terdapat 2
kemungkinan zat yang ada, yaitu:
·
Kation (K+)
·
Air (H2O)
(bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau
lelehan).
Pada
anoda, terdapat 3 (tiga) kemungkinan zat yang ada, yaitu :
·
Anion (A-)
·
Air (H2O)
(bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau
lelehan)
·
Elektroda.
Elektroda ada dua macam, antara lain inert (tidak mudah bereaksi, seperti
Platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tidak inert (mudah bereaksi,
zat lainnya selain Pt, C, dan Au).
Ada
berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu :
1)
Reaksi yang
terjadi pada katoda
Ø Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K,
Rb, Cs, Fr), IIA (Be, Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al dan Mn.
Ø Jika kationnya berupa H+.
Ø Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe → (nama
logam)
2)
Reaksi yang
terjadi pada anoda
Ø Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam
reaksi :
Jika anionnya
sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-),
maka reaksinya 2 H20 → 4H+
+ O2 + 4 e
Jika anionnya OH-,
maka reaksinya 4 OH- → 2H20
+ O2 + 4 e
Jika anionnya
berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya
adalah 2 X(halida) → X (halida)2
+ 2 e
Ø Jika elektroda tak inert (selain tiga macam di atas),
maka reaksinya Lx+ + xe
C.
POTENSIAL SEL STANDAR DAN KONSTANTA KESETIMBANGAN
REAKSI SEL
a. Potensial Sel Standar
Potensial
sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit
eksternal.
Elektroda tersusun dari elektroda itu sendiri dan bahan kimia (reagents)
yang terlibat. Sel elektrokimia umumnya tersusun atas dua elektroda. Setiap
elektroda disebut sebagai setengah sel (half cell). Reaksi yang terjadi
pada tiap elektroda disebut reaksi setengah sel atau reaksi elektroda.
Berdasarkan jenisnya, elektroda dapat digolongkan menjadi :
1. Elektroda Logam-ion logam
Yaitu elektroda yang berisi logam yang berada dalam kesetimbangan dengan
larutan ionnya, contohnya elektroda Cu | Cu2+.
2. Elektroda Amalgam
Amalgam adalah larutan logam dalam Hg cair. Pada elektroda ini, amalgam
logam M akan berada dalam kesetimbangan dengan ionnya (M2+). Logam –
logam aktif seperti Na dan Ca dapat digunakan sebagai elektroda amalgam.
3. Elektroda Redoks
Yaitu elektroda yang melibatkan reaksi reduksi – oksidasi di dalamnya,
contohnya elektroda Pt | Fe3+, Fe2+.
4. Elektroda Logam – Garam tak Larut
Elektroda ini berisi logam M yang berada dalam kesetimbangan dengan garam
sangat sedikit larutnya Mυ+Xυ- dan
larutan yang jenuh dengan Mυ+Xυ- serta mengandung garam
atau asam terlarut dengan anion Xz-.
Contoh : elektroda Ag – AgCl yang terdiri dari logam Ag, padatan AgCl, dan
larutan yang mengandung ion Cl- dari KCl atau HCl.
5. Elektroda Gas
Yaitu
elektroda yang berisi gas yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion dalam
larutan, misalnya elektroda Pt | H2(g) |
H+(aq).
6. Elektroda Non Logam – Non Gas
Yaitu
elektroda yang berisi unsure selain logam dan gas, misalnya elektroda Brom (Pt | Br2(l) | Br-(aq)) dan yodium
(Pt | I2(s) | I-(aq)).
7. Elektroda Membran
Yaitu elektroda yang mengandung membrane semi
permiabel. Untuk menggerakkan muatan dari satu titik ke titik lain diperlukan
beda potensila listrik antara kedua muatan. Beda potensial diukur antara dua
elektroda yanitu elektroda pengukur dan elektroda pembanding. Sebgaai elektroda
pembanding umunya digunakan elektroda hydrogen (H+ | H2 | Pt) atau elektroda kolamel (Cl- |
Hg2Cl2(s) | Hg). Beda potensial inilah yang
dinyatakan sebagai daya gerak listrik (DGL).
Bila elektroda pengukur mempunyai
nilai lebih besar dari elektroda hidrogen (bernilai positif), maka elektroda
tersebut mempunyai kecenderungan untuk tereduksi (bersifat oksidator).
Sedangkan bila elektroda pengukur mempunyai nilai lebih kecil dari elektroda
hidrogen (bernilai negatif), maka elektroda tersebut mempunyai kecenderungan
untuk teroksidasi (bersifat reduktor). Karena reaksi setengah sel pada
elektroda ditulis dalam bentuk reduksi, maka nilai potensial elektroda standar
juga dapat disebut potensial
reduksi standar.
Potensial
sel tergantung pada suhu, konsentrasi ion dan tekanan parsial gas dalam sel;
Potensial sel standar E0 sel :
potensial pada 250C, konsentrasi ion 1 M dan
tekanan parsial 1 atm.
Potensial sel standar dihitung dengan menggunakan
potensial-potensial standar zat-zat yang mengalami redoks.
Diagram/
notasi sel dilambangkan : Oksidasi
Xn+ n+
E0sel = E0red - E0oks
,
E0oks = potensial
standar zat yang mengalami oksidasi
E0red = potensial
standar zat yang mengalami reduksi
Kanan dan kiri disini hanya berhubungan dengan notasi sel, tidak
berhubungan dengan susunan fisik sel tersebut di laboratorium. Jadi yang diukur di laboratorium dengan
potensiometer adalah emf dari sel sebagai volta atau sel galvani, dengan emf
> 0.
Contoh:
Diketahui
data:
Pb2+ + 2e E0 = - 0,76
volt
In3+ +
3e E0
= - 0,34 volt
Tentukan:
a.
Persamaan kimia
b.
Notasi sel
c.
E0 sel
Pembahasan :
Pb2+ +
2e à
Pb E0 =
- 0,76 volt
In3+ +
3e à
In E0
= - 0,34 volt
a.
Persamaan elektrokimia
Anoda : Pb à Pb2+ +
2e à
3Pb à 3Pb2+ + 6e E0 = + 0,76 volt
Katoda : In3+
+ 3e à
In
à 2In3+ +
6e à 2In E0
= - 0,34 volt +
Redoks: 3 Pb + 2 In3+ à
2 In + 3 Pb2+ E Sel = + 0,44 Volt
b.
Notasi sel
Oksidasi
Pb2+ 3+
c.
E0 sel
E0sel = E0reduksi - E0oksidasi
= - 0,34 – (- 0,76)
= + 0,44 volt
Jika
potensial elektroda berharga positif, artinya elektroda tersebut lebih mudah
mengalami reduksi daripada H+, dan jika potensial elektroda berharga
negatif artinya elektroda tersebut lebih sulit untuk mengalami reduksi
dibandingkan denga H+.
Jadi, potensial
elektroda berharga positif, berarti elektroda tersebut lebih mudah mengalami
reduksi daripada H+.
b. Konstanta Kesetimbangan
Reaksi Sel
Setiap reaksi kimia dapat
dituliskan sebgaai kombinasi dari dua buah reaksi setengah sel sehingga
potensial sel dapat diasosiasikan dengannya. Nilai ∆ ditentukan oleh relasi nFԑ
= -∆G. kondisi kesetimbangan untuk setiap reaksi kimia adalah ∆G0 =
-nF0, kita dapat menulis :
RT ln K = nF0,
ln K =
karna,
sehingga,
Log10K = ………………………………………………………………. (1)
Dengan memakai persamaan (1), kita dapat
menghitung konstanta kesetimbangan untuk setiap reaksi dari potensial sel
standar yang pada gilirannya dapat diperoleh dari nilai-nilai pada tabel
potensial setengah sel standar.
Setengah
Reaksi
|
E0(Volt)
|
Li(s)
Li+(aq) + e
|
-3,04
|
K(s)
K+(aq) + e
|
-2,92
|
Ba(s)
Ba2+(aq) + 2e
|
-2,90
|
Ca(s)
Ca2+(aq) + 2e
|
-2,87
|
Na(s)Na+(aq) + e
|
-2,71
|
Mg(s)
Mg2+(aq) + 2e
|
-2.37
|
Be(s)
Be2+(aq) + 2e
|
-1,85
|
Al(s)
Al3+(aq) + 3e
|
-1,66
|
Mn(s)
Mn2+(aq) + 2e
|
-1,18
|
H2(aq)
+ 2OH-(aq) 2H2O(aq) + 2e
|
-0,83
|
Zn(s)
Zn2+(aq) + 2e
|
-0,76
|
Cr(s)
Cr3+(aq) + 3e
|
-0,74
|
Fe(s)
Fe2+(aq) + 2e
|
-0,44
|
Cd(s)
Cd2+(aq) + 2e
|
-0,40
|
Co(s)
Co2+(aq) + 2e
|
-0,28
|
Ni(s)
Ni2+(aq) + 2e
|
-0,25
|
Sn(s)
Sn2+(aq) + 2e
|
-0,14
|
Pb(s)
Pb2+(aq) + 2e
|
-0,13
|
H2(s)
2H+(aq) + 2e
|
0,00
|
Sb(s)
Sb3+(aq) + 3e
|
+0,10
|
Sn(s)
Sn4+(aq) + 4e
|
+0,13
|
Cu(s)
Cu2+(aq) + 2e
|
+0,34
|
2I-
I2(aq) + 2e
|
+0,54
|
Hg(s)
Hg2+(aq) + 2e
|
+0,62
|
Fe(s)
Fe3+(aq) + 3e
|
+0,77
|
Ag(s)
Ag+(aq) + e
|
+0,80
|
2Br-
Br2(aq) + e
|
+1.07
|
Pt(s)
Pt2+(aq) + 2e
|
+1,50
|
Au(s)
Au3+(aq) + 3e
|
+1,52
|
Co(s)
Co3+(aq) + 3e
|
+1,82
|
Fe(s)
Fe3+(aq) + 3e
|
+2,87
|
Untuk menghitung konstanta
kesetimbangan untuk setiap reaksi dari potensial sel standart,yang pada
gilirannya dapat diperoleh dari nilai nilai pada table potensial setengah sel
standart. Metoda berikut ini dan contoh contohnya menggambarkan procedure yang
akan memastikan untuk memperoleh e0 dengan ukuran besar dan tandanya.
Langkah 1. Pecahkan reaksi sell menjadi dua
reaksi setengah sell.
a.Untuk reaksi setengah sell yang pertama ( yang di sebelah
kanan elektroda) pilihlah spesies teroksidasi yang muncul pada sisi reaktan
dari reaksi sell dan tuliskan kesetimbangan dengan spesies tereduksi yang
sesuai.
b.Untuk reaksi setengah sell yang kedua (elektroda sebelah
kiri) pilih spesies teroksidasi yang muncul di sisi produk dari reaksi sell dan
tulis kesetimbangan dengan spesies tereduksi yang sesuai.
Tulis kedua reaksi setengah sell dengan electron pada sisi
reaktan.
Langkah 2 Setimbangkan reaksi setengah sell
dengan jumlah electron yang sama,n, pada masing masingnya.
Langkah 3 Jika reaksi setengah sell kedua
dikurangkan dari yang pertama, seluruh reaksi sell diselesaikan ; periksalah
untuk meyakinkannya. Kurangkan potensial elektroda dengan cara yang sama
(pertama minus kedua) untuk memperoleh potensial standar sell, eo.
Langkah 4 Pergunakan persamaan (8.50) untuk menghitung K
Contoh soal :
Melalui
persamaan RT
ln K = nFeo, atau pada 25oC log10K = , hitung Konstanta kesetimbangan ( K ) dari persamaan reaksi tersebut :
2MnO4-
+ 6H+ + 5H2C2O4 « 2Mn2+ + 8H2O
+ 10CO2
Penyelesaian :
Reaksi setengah ini (pilih spesi
teroksidasi, MnO4-, pada sisi reaktan untuk reaksi
setengah sell)
MnO4-
+ 8H+ + 5e- « Mn2+ + 4H2O eo= 1,51V;
2CO2
+ 2H+ + 2e- « H2C2O4 eo = - 0,49V.
Kalikan koefisien reaksi pertama
dengan 2, juga reaksi kedua dengan 5, kita peroleh :
2MnO4-
+ 16H+ + 10e- « 2Mn2+ + 8H2O eo= 1,51V;
10CO2
+ 10H+ + 10e- « 5H2C2O4 eo = - 0,49V.
Dikurangkan, kita peroleh
2MnO4- + 6H+ + 5H2C2O4 « 2Mn2+ + 8H2O
+ 10CO2
eo = 1,51 V – (-0,49V) = 2 V
karena n = 10,
atau K = 10338
D.
POTENSIAL SEL DAN ∆G REAKSI HUBUNGAN DENGAN REAKSI
KIMIA
Hubungan
antara energi bebas Gibbs dan potensial sel arus nol( E ) dapat diturunkan
dengan memperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel bertambah dengan
kuantitas yang sangat kecil dξ pada beberapa kompoesisi. Maka G pada P,T tetap
dan kompoesisitertentu akan berubah besar.
∆G0 = )P.T .......................................................................................(2)
Karena kerja maksimum yang dapat
dilakukan reaksi itu ketika reaksi berlangsung sebesar d ζ pada temperatur dan
tekanan tetap adalah
d We = ∆G0
. d
ζ ....................................................................................(3)
yang harga nya sangat kecil dan komposisi
sistem sebenarnya adalah tetap ketika reaksi ini berlangsung. Sehingga nkerja
yang dilakukan untuk muatan yang sangat kecil –zF. d ζ yang bergerak dari anoda
ke katoda dengan beda potensial tertentu akan berharga
d We = - n F d
ζ. E ....................................................................................(4)
jika
kita samakan persamaan ( 2 ) dan ( 3 ) maka didapat
-nF
E0 = ∆G0
..................................................................................(
5 )
atau
E0= -) , adalah jumlah
elekrton yang terlibat dalam setengah reaksi.
Sehingga,
Berdasarkan harga energi bebas gibbs ∆G,
dapat diramalkan berlangsung tidaknya suatu sel elektrokimia. Suatu reaksi sel
akan berlangsung spontan bila ∆G< 0 atau harga E > 0.
Contoh
:
Gunakan
potensial elektroda standar untuk menghitung ∆G0 pada 250C
dalam reaksi :
Zn(s)
+ 2Ag+aq → Zn2+(aq) + 2Ag(s)
Penyelesaian
:
Setengah
reaksi dan jumlah potensial elektrodanya adalah :
2Ag+(aq)
+ 2e- → 2Ag(s) E0
= +0,80 V
Zn(s)
→ Zn2+(aq) + 2e- E0 = -0,76 V -
2Ag+)aq)
+ Zn(s) → 2Ag(s) + Zn2+(aq) E0 = +1,56 V
Setiap
setengah reaksi melibatkan dua elektron, maka n = 2. Nilai potensial sel, E0
= +1,56 V dan tetapan Faraday, F adalah 9,65 x 104 C. Dengan
demikian.
∆G0
=
-n.F.Esel
= - (2) (9,65 x 104 C) (1,56 V)
= -3,01 x 105 J
Jadi,
perubahan energi bebas standar adalah -3,01 x 105 J atau sama dengan
301 kJ.
E.
PERSAMAAN NERST
Walther
Hermann Nernst adalah kimiawan Jerman yang menerapkan asas-asas termodinamika ke sel listrik. Dia menciptakan
sebuah persamaan yang dikenal sebagai persamaan Nernst, yang menghubungkan
voltase sel ke propertinya. Lepas dari Joseph Thomson, ia menjelaskan mengapa
senyawa terionisasi dengan mudah dalam air. Penjelasan ini disebut aturan
Nernst-Thomson yang menyatakan bahwa sulit halnya bagi ion yang ditangkap untuk
menarik satu sama lain melalui insulasi molekul air, sehingga terdiosiasi.
Persamaan
Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel sengan konsentrasi suatu
reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat dilangsungkan pada kondisi
tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya bahwa reaksi oksidasi reduksi
itu harus berlangsung spontan di dalam larutan air jika bahan pengoksidasi dan
pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani oksidasi diartikan sebagai
dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi berarti
diperolehnya elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi
oksidasi sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink
dibenamkan dalam suatu larutan tembaga sulfat maka akan terjadi logam tembaga
menyepuh pada lembaran zink dan lembaran zink lambat laun melarut dan
dibebaskan energi panas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Zn + CuSO4 → ZnSO4
+ Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua elektron untuk menjadi sebuah atom tembaga.
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- → Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua elektron untuk menjadi sebuah atom tembaga.
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- → Cu
Sel yang
mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika reaksi di
dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang dapat
dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara
kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam
volt (V). Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu yang
berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar.
Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya
dapat melakukan sedikit kerja.
Sel
yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja dan sel
demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi digunakan dua
electrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Electrode dalam
larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan
electrode dalam larutan encer merupakan anode (tempat terjadinya reaksi
oksidasi).
Pada
persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan Karena larutan-larutan
yang diperkirakan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan bukan
konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas habis,
barulah sistem itu berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel
= 0 dan faktor K dalam persamaan Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan.
Oleh karena itu, potensial elektroda standar dihubungan dengan tetapan
kesetimbangan untuk reaksi oleh rumus:
dimana
:
Esel
= potensial sel
E0
= potensial sel standar
T
= suhu/temperature
Q
= hasil bagi reaksi
n
= mol
R=
konstanta molar gas (8,3145 j/(mol K)
F
= konstanta Faraday (96.456, 3 s A/mol)
Persamaan
tersebut dapat disederhanakan menjadi :
atau
Persamaan
diatas di dapatkan dari:
Menghubungkan
potensial arus dengan aktivitas zat yang ikut serta dalam reaksi sel. Fungsi
Gibbs reaksi berhubungan dengan komposisi dengan:
Oleh
karena itu,
Suku
pertama di bagian kanan persamaan ini disebut potensial sel standar, dengan
Atau
Sehingga,
untuk fungsi Gibbs standar yang dinyatakan sebagai potensial (dalam volt)
adalah:
Persamaan
Nernst untuk potensial sel arus nol pada segala komposisi sel. Karena pada temperatur 25 maka,
Oleh
karena itu, untuk reaksi dengan v = 1, jika Q ditambah dengan faktor 10, maka
potensial sel bertambah sebesar 59,2 mV.
Atau
Menjadi
Untuk setiap reaksi
kimia energi Gibbs reaksinya adalah
∆G
= ∆Go + RT ln
Q (8.25)
dengan Q adalah hasil bagi dari aktifitas.
Mengkombinasikan ini dengan persamaan (8.24), kita peroleh
-nFԑ = ∆Go +
RT ln Q
Potensial standart sel
didefinisikan oleh
-nFԑ = ∆Go (8.26)
Memasukkan
nilai ∆Go ini dan membagi dengan –nF, kita
peroleh
persamaan di atas adalah bentuk lain dari persamaan
Nerst utnuk sel. Persamaan Nerst menghubungkan po0tensial sel ke nilai standar,
ԑ0 dan aktifitas spesies ambil bagian dalam reaksi sel. Dengan
mengetahui nilai ԑ0 dan aktifitas, kita dapat menghitung potensial
sel.
Contoh
:
Terangkan sel yang didasarkan pada setengah – reaksi
berikut:
VO+(aq) + 2H+(aq)
+e- VO2+(aq) + H2O(l)
E0
= 1,00 V (1)
Zn2+(aq) +2e- Zn(s) E0=
-0,76 V (2)
Dengan: T= 298 K; [VO2+] = 2,00 M; [VO2+]
= 1,0 x 10-2 M; [H+] = 0,50 M;
[Zn2+] = 0,1x10-1M
Penyelesaian :
Reaksi sel setara dan spontan diperoleh dengan cara membalikan
reaksi (2) dan mengalihkan reaksi ( 1)
dengan bilangan 2, hasilnya:
2VO+(aq) + 4H+(aq)
+2e- 2VO2+(aq) + 2H2O(l)
E0
= 1,00 V (1)
Zn(s) Zn2+(aq)
+2e- -E0=
0,76 V (2)
2VO+(aq) + 4H+(aq)
+ Zn(s)
2VO2+(aq)
+ Zn2+(aq)
+ 2H2O(l)
E0
= 1,76 V
Oleh karena sel mengandung komponen dengan
konsentrasi bukan standar, kita harus menggunakan persamaan Nernst untuk
menghitung potensial selnya. Pada 298K dengan n=2, diperoleh:
Jadi potensial sel ini adalah 1,89 Volt.
F.
POTENSIAL REDUKSI STANDAR DAN KOMPOSISI
Arus listrik yang terjadi pada sel volta
disebabkan elektron mengalir dari elektroda negatif ke elektroda positif. Hal
ini disebabkan karena perbedaan potensial antara kedua elektroda. Andaikan kita
mengukur perbedaan potensial (ΔV ) antara dua elektroda dengan menggunakan
potensiometer ketika arus listrik yang dihasilkan mengalir sampai habis. Maka
akan diperoleh nilai limit atau perbedaan potensial saat arus listriknya nol
yang disebut sebagai potensial sel ( E0sel )
Perbedaan potensial yang diamati
bervariasi dengan jenis bahan elektroda dan konsentrasi serta temperatur
larutan elektrolit. Sebagai contoh untuk sel daniell, bila diukur dengan
potensiometer beda potensial pada suhu 250C saat konsentrasi ion Zn 2+
dan Cu2+ sama adalah 1,10V. Bila elektroda Cu/Cu2+ dalam
sel daniell diganti dengan elektroda Ag/Ag+ potensial sel adalah
1,56V. Jadi dengan berbagai kombinasi elektroda dapat menghasilkan nilai
potensial sel yang sangat bervariasi. Jadi alat potensiometer digunakan untuk
mengukur perbedaan potensial antara dua elektroda sedangkan untuk mengukur
nilai potensial mutlak untuk suatu elektroda tidak bisa dilakukan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu
elektroda yang dipakai sebagai standar atau pembanding dengan
elektroda-elektroda yang lainny. Dan telah ditentukan yang digunakan sebagai
elektroda standar adalah elektroda hidrogen. Elektroda hidrogen terdiri dari
gas H2 dengan tekanan 1 atm yang dialirkan melalui sekeping logam
platina ( Pt ) yang dilapisi serbuk Pt harus pada suhu 250C dalam
larutan asam ( H+ ) 1M. Berdasarkan perjanjian elektroda hidrogen
diberi nilai potensial 0,00Volt.
Potensial sel yang terdiri atas pasangan
elektroda hidrogen / standar ( H/H+ ) dan elektroda Zn/Zn2+
adalah -0,76V. Bila elektroda Zn/Zn2+ diganti dengan Cu/Cu2+
maka besar potensialnya selnya menjadi +0,34V.
H2 + Zn2+ à
2H+ + Zn E0
= -0,76V
H2 + Cu2+ à
2H+ + Cu E0
= +0,34V
Karena besarnya potensial elektroda
hidrogen =0,00V maka potensial reduksi (
E0red ) zn dan Cu dapat ditentukan :
Zn2+ +2e à
Zn E0 =
-0,76V disingkat E0red
Zn = -0,76V
Cu2+ +2e à
Cu E0 =
+0,34V disingkat E0red
Cu = +0,34V
Potensial reduksi ( E0red
) menunjukkan kecenderungan untuk menerima elektron.jadi berdasarkan nilai
potensial eletroda diatas, potensial elektroda Zn bernilai negatif ( - )
menunjukkan bahwa Zn/Zn2+ lebih sukar untuk menerima elektron/direduksi
dibanding dengan H/H+ dan Cu bernilai positif ( + ) menunjukkan
bahwa Cu/Cu2+ lebih mudah untuk menerima elektron/direduksi
dibanding dengan H/H+
Semakin sukar untuk direduksi berarti
semakin mudah untuk dioksidasi dan sebaliknya semakin mudah direduksi berarti
semakin sukar dioksidasi. Karena besar potensial oksidasi ( E0oks ) berlawanan
dengan potensial reduksi ( E0red )
Zn
à
Zn2+ + 2e E0 =
+0,76V disingkat ( E0oks
)Zn = +0,76V
Cu
à
Cu2+ + 2e E0 =
-0,34V disingkat ( E0oks
)Cu = -0,34V
Potensial
sel volta
Potensial
sel volta dapat ditentukan dengan percobaan dengan menggunakan
potensiometer/voltmeter dan secara teoritis potensial sel dapat dihitung
berdasarkan perbedaan potensial reduksi ( E0red ) kedua
elektroda atau penjumlahan potensial oksidasi pada anoda dengan potensial
reduksi pada katoda.
Sebagai
contoh pada sel daniel :
Zn2+
+2e à
Zn E0 = -0,76V
Cu2+
+2e à
Cu E0 = +0,34V
Yang
mempunyai harga potensial reduksi ( E0red ) lebih kecil
akan di oksidasi dan yang potensial reduksi ( E0red
) lebih besar akan direduksi .
Anoda
( oksidasi ) : Zn à
Zn2+ + 2e E0
= +0,76V
Katoda
( reduksi ) : Cu2+
+ 2e à
Cu E0 =
-0,34V
Reaksi
total ( redoks ) : Zn +
Cu2+ à Zn2+ + Cu E0 = +1,10V
Secara
singkat dapat dihitung :
Nilai
E0red yang lebih kecil akan dioksidasi dan yang lebih
besar akan direduksi. Maka Zn akan dioksidasi dan Cu akan direduksi.
E0oks
Zn = +0,76V
E0red
Cu = +0,34V
E0sel
= E0oks + E0red = 0,76 V + 0,34V = 1,10V
Nilai
potensial sel ( E0sel ) yang positif menunjukkan bahwa
reaksi tersebut dapat berlangsung secara spontan.
Maka
sebaliknya reaksi :
Cu
+ Zn2+ à Cu2+ + Zn E0= -1,10V
Nilai
potensial sel ( E0sel ) nya negatif menunjukkan bahwa
dalam keadaan normal tidak akan terjadi reaksi. Reaksi dapat terjadi bila ada suplai
elektron dari luar/dialiri listrik yang akan dibahas pada elektrolisis
Setengah
reaksi reduksi ( pada katoda )
|
E0red
( volt )
|
Li+(aq)
+ e- à Li(s)
|
-3,04
|
K+(aq)
+ e- à K(s)
|
-2,92
|
Ca2+(aq)
+ 2e- à Ca(s)
|
-2,76
|
Na+(aq)
+ e- à Na(s)
|
-2,71
|
Mg2+(aq)
+ 2e- à Mg(s)
|
-2,38
|
Al3+(aq)
+3e- à Al(s)
|
-1,66
|
Zn2+(aq)
+ 2e- à Zn(s)
|
-0,76
|
Cr3+(aq)
+ 3e- à Cr(s)
|
-0,74
|
Fe2+(aq)
+ 2e- à Fe (s)
|
-0,41
|
Cd2+(aq)
+ 2e- à Cd (s)
|
-0,40
|
Ni2+(aq)
+ 2e- à Ni (s)
|
-0,23
|
Sn2+(aq)
+ 2e- à Sn (s)
|
-0,14
|
Pb2+(aq)
+ 2e- à Pb (s)
|
-0,13
|
Fe3+(aq)
+ 3e- à Fe (s)
|
-0,04
|
2H+(aq)
+ 2e- à H2 (g)
|
0,00
|
Sn4+(aq)
+ 2e- à Sn2+ (aq)
|
0,15
|
Cu2+(aq)
+ e- à Cu2+ (aq)
|
0,16
|
ClO4-(aq)
+ H2O(l) + 2e- à
ClO3-(aq) + 2OH-(aq)
|
0,17
|
AgCl(s)
+ e- à Ag(s) +
Cl-(aq)
|
0,22
|
Cu2+(aq)
+ 2e- à Cu(s)
|
0,34
|
ClO3-(aq)
+ H2O(l) + 2e- à
ClO2-(aq) + 2OH-(aq)
|
0,35
|
IO-(aq)
+ H2O(l) +2e-à
I-(aq) + 2OH-(aq)
|
0,49
|
Cu+(aq)
+ e- à Cu (s)
|
0,52
|
I
2 (s) + 2e- à
2I- (aq)
|
0,54
|
ClO2-(aq)
+ H2O(l) + 2e- à
ClO-(aq) + 2OH-(aq)
|
0,59
|
Fe3+(aq)
+ 2e- à Fe2+(aq)
|
0,77
|
Hg22+(aq)
+ 2e- à
2Hg(l)
|
0,80
|
Ag+(aq)
+ e- à Ag (s)
|
0,80
|
Hg2+(aq) + 2e-
à
Hg(l)
|
0,85
|
ClO-(aq) + H2O(l)
+ 2e- → Cl-(aq) + 2OH-(aq)
|
0,90
|
2Hg2+(aq) + 2e-
→ Hg22+(aq)
|
0,90
|
NO3-(aq) + 4H+(aq)
+ 3e- → NO(g) + 2H2O(l)
|
0,96
|
Br2(l) + 2e- →
2Br-(aq)
|
1,07
|
O2(g) + 4H+(aq)
+ 4e- → 2H2O(l)
|
1,23
|
Cr2O72-(aq)
+ 14H+(aq) + 6e- → 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
|
1,33
|
Cl2(g) + 2e- →
2Cl-(aq)
|
1,36
|
Ce4+(aq) + e- →
Ce3+(aq)
|
1,44
|
MnO4-(aq) + 8H+(aq)
+ 5e- → Mn2+(aq) + 4H2O(l)
|
1.49
|
H2O2(aq) + 2H+(aq)
+ 2e- → 2H2O(l)
|
1.78
|
Co3+(aq) + e- →
Co2+(aq)
|
1.82
|
S2O82-(aq)
+ 2e- → 2SO42-(aq)
|
2.01
|
O3(g) + 2H+(aq)
+ 2e- → O2(g) + H2O(l)
|
2.07
|
F2(g) + 2e- → 2F-(aq)
|
2.87
|
Deret
volta:
K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb-H-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Semakin ke
kanan semakin mudah direduksi yang berarti semakin mudah menerima elektron dan
merupakan oksidator (penyebab zat lain mengalami oksidasi).
Semakin ke
kiri semakin mudah dioksidasi yang berarti semakin mudah melepas elektron dan
merupakan reduktor (penyebab zat lain mengalami reduksi).
Logam di
sebelah kiri dapat bereaksi dengan ion logam di sebelah kanannya :
Zn + Cu2+
→ Zn2+ + Cu
Logam di sebelah kanan tidak dapat
bereaksi dengan ion logam di sebelah kirinya :
Cu + Zn2+ → tidak
bereaksi
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan
yang di dapat adalah sebagai berikut :
Ø Elektrokimia
adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang berlangsung dalam
larutan pada antar muka konduktor elektron (logam atau semikonduktor) dan
konduktor ionik (elektrolit), dan melibatkan perpindahan elektron antara
elektroda dan elektrolit atau sejenis dalam larutan.
Ø Potensial
sel adalah Gaya yang dibutuhkan untuk mendorong elektron melalui sirkuit
eksternal.
Ø
Fungsi dari jembatan
garam adalah untuk menetralkan kelebihan anion dan kation pada larutan dan
untuk menutup rangkaian sehingga reaksi dapat berlangsung terus-menerus.
Ø Setiap reaksi kimia dapat dituliskan sebagai kombinasi
dari dua buah reaksi setengah sel sehingga potensial sel dapat diasosiasikan
dengannya.
Ø Hubungan
antara energi bebas Gibbs dan potensial sel arus nol( E ) dapat diturunkan
dengan memperhatikan perubahan G pada saat reaksi sel bertambah dengan
kuantitas yang sangat kecil.
Ø Persamaan Nernst adalah
sebagai berikut :
Ø Kegunaan
potensial reduksi standar pada tabel adalah sebagai berikut :
1. Meramalkan
kemampuan oksidasi dan reduksi dari zat.
2. Semakin
positif nilai E0, maka semakin bertambah daya oksidasi zat,Zat merupakan
oksidator yang baik, sebaliknya.
3. Semakin
negative nilai E0, semakin bertambah daya reduksi zat, atau zat merupakan
reduktor yang baik.
B.
SARAN
Adapun saran yang dapat kami
ajukan adalah alangkah lebih baiknya makalah ini mendapat kritik yang membangun
agar dalam penyusunannya dapat lebih sempurna lagi. Dan alangkah baiknya jika
isis dari makalah ini dapat dikoreksi oleh dosen pengampu agar tidak terjadi
kesalahfahaman dalam memahami materi tentang Elektrokimia ini.
GLOSARIUM
ANODA : Merupakan elektron positif pada sel
elektrolisis; dan sebaliknya merupakan elektroda negatif pada sel volta . Pada
anoda berlangsung reaksi reduksi
ELEKTRODA : suatu pengahantar yang dapat terbentuk batangan ,
kepingan , atau kawat . digunakan untuk memancarkan atau mengendalikan
aliran partikel-partikel yang bermuatan
baik suatu cairan , gas, atau semikonduktor .
ELEKTRON : merupakan partikel subatom yang
bermuatan negatif (-)
ELEKTROKIMIA : merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang energi atau
arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi atau perubahan kimia ,
serta energi listrik yang dihasilkan melalaui suatu reaksi kimia , dan juga
hasil reaksi-reaksi pada suhu yang amat tinggi melalui perubahan energi listrik
menjadi panas .
ELEKTROLIT : zat – zat jika dilarutkan ke dalam air akan terurai
menjadi ion-ion(ionisasi) sehingga dapat mengahantarkan arus listrik . zat yang
termasuk elektrolit lemah adalh asam,basa, dan garam.
ELEKTROLISIS :
peristiwa penguraian atau perubahan kimia tertentu jika dilewatimuatatan atau
arus listrik melalui larutan elektrolit atau zat cair senyawa tersebut.
JEMBATAN GARAM : suatu jembatan pemisah yang mengahntarkan listrik dan
berbentuk kaca atau pipa U yang berisi agar-agar KCl/KNO3
KATION : ion bermuatan positif
yang terbentuk melalui penyumbangan secara paksa atau sukarela elektron oleh
suatu atomn atau molekul.Selama elektrolisis kation-kation ditarik ke katoda
KATODA : dalam elektrolisis
merupakan elektroda negatif , juga dalam klep-klep termionik , rangakain sistem
listrik yang tertutup, dan sebagainya .tetapi , pada peralatan elektronik atau
tabung bermuatan gas, justru merupakan elektroda positif.
OKSIDASI : reaksi suatu zat dengan
oksigen yang disertai pelepasan elketron sehingga mengalami kenaikan oksidasi.
POTENSIAL
ELEKTRODA: ukuran terhadap kemampuan suatu unsur – unsur oksidasi atau reduksi
yang mempunyai sifat harga mutlak tak teratur jadi perlu potensisal standar (Eo)
yaitu gas H2 ( pada 25 oC ,1 atm) dan
[H+] = 1 M Eo H2 = 0 volt
REDOKS : Proses reduksi dan oksidasi yang berlangsung
secara spontan ,yakni selama berlangsungnya oksidasi , sedangkan oksidatornya
sendiri akan tereduksi pula. Begitu juga sebaliknya
REDUKSI :
peristiwa pembebasan oksigen dari suatu senyawa.
SEL VOLTA :
sel yang digunakan sebagai sumber tegangan listrik . dalam sel volta , terjadi
perubahan dari energi kimia menjadi energi listrik , misalnya batu abterai dan
aki.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,
P.W. 1999. Kimia Fisik Jilid I. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo.
Jakarta: Erlangga.
Atkins,
P.W. 1999. Kimia Fisik. Edisi Keempat. Jilid II. Terjemahan Irma I. Kartohadiprojo.
Jakarta : Erlangga.
Dogra,
S.K. dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal.
Terjemahaan Umar Mansyur. Jakarta : Universitas Indonesia.
Keenam,
Charles W. Donald C. Kleinfelter Jesse H. Wood. 1996. Kimia Untuk Universitas. Edisi Keenam. Jilid I. Terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo.
1997. Kimia Fisika. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.
blog ini sangat membantu, tapi gambarnya pada kosong kalo bisa di update ya min ^^
BalasHapus