BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Hukum pertama termodinamika secara esensial adalah
hukum kekekalan energi yang memasukkan kalor sebagai model perpindahan energi. Menurut
hukum pertama, energi dalam suatu zat dapat ditingkatkan dengan menambahkan
kalor ke zat atau dengan melakukan usaha pada zat. Hukum pertama termodinamika
tidak membatasi tentang arah perpindahan kalor yang dapat terjadi. Pada hukum pertama
termodinamika ini mengarah ke pengenalan tentang energy dalam, U, yang
merupakan fungsi keadaan yang memungkinkan kita untuk mengkaji apakah suatu
perubahan diperbolehkan. Perubahan yang bias terjadi hanya yang energi-dalam
sistem- terisolasinya tetap sama.
Hukum yang member petunjuk tentang perubahan
spontan, yaitu hukum kedua termodinamika, yang dinyatakan dalam fungsi keadaan
lain, yaitu “entropi” S. Pada hukum kedua ini entropi digunakan mengenali perubahan spontan di
antara perubahan – perubahan yang diperbolehkan ini:
Hukum kedua: Entropi suatu sistem yang terisolasi
bertambah selama ada perubahan spontan.
Dengan
menyatakan entropi total semua bagian sistem
terisolasi.
Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran
kalor memiliki arah. Dengan kata lain, tidak semua proses di alam ini adalah
reversible (arahnya dapat dibalik). Satu aplikasi penting dari hukum kedua
adalah studi tentang mesin kalor,
seperti mesin bensin pada mobil dan prinsip-prinsip yang membatasi
efisiensinya.
Pada T=0 semua energi gerakan termal sudah diredam.
Pada kristal sempurna, pada T=0, semua partikel ada dalam susunan biasa seragam.
Tidak adanya ketakteraturan dan gerakan termal menunjukkan bahwa material itu
juga mempunyai entropi nol. Kesimpulan ini dinyatakan dalam Hukum Tiga
Termodinamika.
Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan
stabilnya pada T=0 diambil sama dengan nol, semua zat mempunyai entropi positif
yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk
senyawa-senyawa entropinya menjadi nol.
Oleh karena itu, dengan adanya makalah yang berjudul
“ Hukum Kedua dan Ketiga Termodinamika“semoga dapat menambah kasanah
pengetahuan kita tentang termodinamika, khususnya tentang hukum kedua dan
ketiga termodinamika.
B. Tujuan
Penulisan
·
Untuk menambah pengetahuan tentang hukum
kedua termodinamika.
·
Untuk menambah pengetahuan tentang hukum
ketiga termodinamika.
·
Untuk
menambah pengetahuan tentang perubahan entropi berdasarkan temperatur
yang berbeda.
·
Untuk menambah penegtahuan tentang
entropi sebagai kespontanan proses.
C. Batasan
Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang hukum kedua dan
ketiga termodinamika.
D. Manfaat
Tulisan
·
Sebagai bahan acuan tentang hukum kedua
dan ketiga termodinamika.
·
Sebagai
literatur tambahan pengetahuan tentang hukum kedua dan ketiga
termodinamika.
E. Rumusan
Masalah
·
Apa yang dimaksud hukum kedua
termodinamika?
·
Bagaimana perumusan hukum kedua
termodinamika?
·
Apa yang dimaksud dengan hukum ketiga
termodinamika?
·
Bagaiaman perhitungan entropi menurut
perubahan temperatur?
·
Bagaimana akibat entropi sebagai
kriteria kespontanan proses?
F. Metode
Makalah ini di susun
dengan menggunakan metode studi pustaka dan juga pencarian data menggunakan
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hukum Kedua Termodinamika
Menurut
Wikipedia bahasa Indonesia, Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika
kedua menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor
yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu reservoir pada suhu
tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik. Hukum kedua termodinamika mengatakan
bahwa aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam
semesta adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika
seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuhnya akan
mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi, beruang terebut tidak dapat mengambil kalor dari
salju tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energy
kalor memiliki arh, yaitu dari panas ke dingin.
B. Perumusan
Hukum Kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang
dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam.
Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk
suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari
menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada
temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri
dari empat proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor,
pemuaian adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan
adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup
adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai
sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi.
Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut
proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah
proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di
dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar"
1. Dilihat
dari arah proses termodinamik maka proses hukum kedua termodinamik terbagi
menjadi 2 proses yaitu sebagai berikut :
a. Proses
termodinamik yang berlanggsung secara alami seluruhnya disebut proses
ireversibel (irreversibel process). Proses tersebut berlanggsung secara
spontan pada satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor
berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
b. Proses
reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-balik.
Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati
keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan
lingkungannya. Proses reversibel merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi
equilibrium process).
Telah dibahas terdahulu bahwa pada proses
reversibel selalu menghasilkan kerja maksimal, sehingga menghasilkan efisiensi
maksimal. Berbeda dengan proses sebaliknya, efesiensi untuk proses irrevesibel
adalah lebih kecil dari pada proses reversibel,
ϵirr
<
ϵrev
Dengan
ϵirr dan ϵrev adalah efesiensi pada proses
irreversibel dan efesiensi pada proses reversibel. Jika kalor yang diserap pada
suhu T dan T’ masing-masing adalah Q dan Q,maka berdasarkan
persamaan dibawah ini.
Pada proses reversibel selalu menghasilkan kerja
maksimal. Sehingga, menghasilkan efisiensi maksimal. Pada proses reversibel,
kalor diserap pada suhu T dan T’, sehingga,
Penjelasan,
Maka,
Atau secara umum, dapat ditulis dalam bentuk
perhatikan sekarang untuk proses lingkar
irrevisibel ABA, yang terdiri atas satu langkah irreversibel AB, dan satu
langkah reversibel BA, untuk proses lingkar tersebut berlaku’
) < 0
( >
∆S >
Dengan ∆S adalah perubahan entropi untuk proses
irreversibel AB, Q adalah kalor yang diserap sisitem, dan T adalah suhu.
Apabila proses tersebut berlangsung dalam sisitem tersekat, maka Dq = 0
sehingga ∆S >0.
Proses-proses
spontan yang terjadi dialam semesta bersifat irreversibel. Sementara itu,
ditinjau daripertukaran kalornya, alam semesta merupakan sistem tersekat. Oleh
karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa : “semua proses yang terjadi di alam
semesta selalu brlangsung ke arah peningkatan entropi”. Pernyataan ini
merupakan rumusan Hukum Kedua Termodinamika.
·
Efesiensi
Mesin Bakar
Efesiensi
mesin bakar didefinisikan sebagai perbandingan jumlah total kerja yang
dilakukan terhadap jumlah total panas yang diabsorbsi,yaitu
ϵ= (4.5)
Soal dan
pembahasan
1.
siklus carnot
reversibel melakukan kerja ekuivalen dengan 150 kj per siklus. Jika panas yang dipasok
oleh siklus adalah 225 kj pada 227oC per siklus, hitung (a)
temperatur dimana panas dilepaskan, (b) efesiensi termal mesin.
Dengan menggunakan persamaan (4.5)
= = = 0,667
Sekarang =
T1=273
+ 227 = 500 K
0,667
Sehingga 0,667
=
Atau T2
= 166,5 K
2. Suhu
didalam lemari es adalah -3oC. Fluida kerja yang dimampatkan di
dalamnya mengembun pada suhu 27oC. Tentukanlah koefisien daya guna
lemari es tersebut?
Penyelesaian
:
Besaran yang diketahui :
T 2 =
-3 + 273 = 270 K
T1 =
27 + 273 = 300 K
Koefisien daya guna lemari es dihitung dengan rumus
:
=
= 9
3. Sebuah
mesin kalor yang bekerja antara reservoir
kalor bersuhu rendah 27oC dan reservoir kalor bersuhu tinggi T1,ditingkatkan efisiensi
maksimumnya dari 25% hingga manjadi 50% dengan menaikan suhu T1 Menjadi T’1. Tentukanlah nilai T1 dan T’1.
Penyelesaian
:
Besaran
yang diketahui :
T2
: 27 + 273 = 300K
η
: 25% =0,25
η’ : 50% =0,5
Dari
rumus efisiensi mesin diperoleh :
η
T1
T1
= 400K
T1
= 400 - 273 =127oC
Peningkatan
efisiensi dilakukan dengan menaikan T1
Menjadi T’1, maka :
η
T’1
T’1
= 600K
T’1
= 600 - 273 =327oC
C. Pengertian Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait
dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu
sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi
benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Molekul hanya memiliki energi vibrasi (di samping energy electron dan energy
inti) yang sama besar, sehingga berada dalam keadaan kuantum tunggal. Jika di
tijau dari kedudukan dan distribusi energinya , penyusun-penyusun molekul dalam
suatu Kristal yang sempurna pada 0 K
hanya dapat terlaksana dengan satu cara. Dalam ini W=1. Jadi entropi suatu
Kristal murni yang sempurna ialah 0 pada 0 K. Pernyataan ini terkenal sebagai HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA
S0
= 0
Dalil kalor
Nernst
Pengamatan termodinamika yang sesuai dengan kesimpulan ini dikenal sebagai
dalil kalor Nernst.
Perubahan entropi dalam suatu transformasi, mendekati nol, ketika
temperature mendekati nol:
∆S 0 ketika T 0
Contohnya, entropi transisi antara
sulfur ortorombik , S() dan sulfur monoklinik, S() dapat diukur dengan menentukan
entalpinya (-402 J mol-1) pada temperatur transisi (369 K):
= -1,09 JK-1mol-1
Kedua entropi itu juga dapat ditentukan dengan mengukur kapasitas kalor
dari T = 0 sampai T = 369 K (pada temperatur rendah laju transformasi sangat
rendah, sehingga kestabilan relatif termodinamika dari bentuk monoklinik tidak
penting lagi; bentuk-bentuk itu stabil secara termodinamika internal). Kita
dapatkan:
Menunjukkan
bahwa pada temperatur transisi
Dengan
membandingkan nilai ini dengan nilai di atas, kita menyimpulkan bahwa
Sesuai
dengan dalilnya.
Dengan demikian, dari dalil Nernst ini jika kita menganggap entropi unsur-unsur
dalam bentuk kristal sempurnanya
bernilai nol pada T = 0, semua kristal sempurna senyawa-senyawa juga mempunyai
entropi sebesar nol pada T=0 (karena perubahan
entropi yang menyertai pembentukan senyawa-senyawa, seperti halnya semua
transformasi, bernilai nol). Karena itu, semua kristal sempurna dianggap
memiliki entropi nol pada T=0.
Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan
stabilnya pada T=0 diambil sama dengan nol, semua zat mempunyai entropi positif
yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk
senyawa-senyawa entropinya menjadi nol.
Entropi
Hukum Ketiga
Untuk selanjutnya, dibuat pilihan S(0)=0 untuk
kristal sempurna. Entropi yang tercatat berdasarkan hal itu disebut entropi
Hukum Ketiga (dan sering juga hanya disebut ebagai entropi). Jika zat dalam
keadaan standarnya pada temperatur T, entropi standar (Hukum Ketiga) nya diberi
notasi S0(T).
Entropi reaksi
standar didefinisikan, seperti entalpi reaksi standar,
sebagai selisih antara entropi produk murni terpisah dengan reaktan murni
terpisah, semua zat itu dalam keadaan standar pada temperatur tertentu. Jadi
secara umum:
Kita
tinjau transformasi suatu padatan dari suhu 0 absolut ke suhu T di bawah titk
lelehnya,yang terjadi pada tekanan tetap.
Padatan (0 K.P) padatan
(T,P)
Perubahan entropinya,pada P tetap
sesuai dengan yang dinyatakan oleh persamaan(4.43)yakni
ΔS = ST –s0 =
Atau
ST = S0 +
Oleh
karena Cp Positif,integral
persamaan (4.58)akan bernilai positif ,sehingga entropi hanya dapat meningkat
karena suhu.pada nol kelvin entropi memiliki nilai S0 Yang paling
kecil.pada tahun 1913,M.Planck mengusulkan bahwa nilai S 0 adalah
nol untuk setiap kristal murni dan kristal sempurna.pernyataan ini kemudian
dikenal sebagai hukum ketiga Termodinamika: Entropi
kristal murni yang sempurna adalah pada
suhu nol absolut
Jika hukum ketiga Termodinamika diterapkan terhadap persamaan (4.58),di
peroleh persamaan
ST =
Turunan,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
ST
= (pada T’)
ST
disebut entropi(mutlak)padatan pada suhu T dan tekanan P.Jika tekanannya
1 atm,maka entropi itu di sebut entropi standar, , sehingga dapat di tulis menjadi
Turunan,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
(pada T’)
Soal
1. Kapasitas
kalor molar emas pada temperatur 10 K adalah 0,43 J K-1 mol-1
berapa entropi molarnya pada temperatur itu.
Jawaban
Kita dapat
mengasumsikan pada temperatur rendah kapasitas kalor sama dengan aT3,
yaitu
S(T) – S(0) = =
Namun demikian, karena adalah kapasitas kalor pada temperatur T, maka
, sehingga
S(T) = S(0) +
=
S(0) + 0,43 J K-1
mol-1
=
S(0) + 0,14 J K-1 mol-1
Karena
S(0)
adalah 0 maka,
S(T) = 0,14 J K-1 mol-1
2. Jika
entropi molar perak pada temperatur 15 K adalah 28,35 43 J K-1 mol-1.
Berapa kapasitas kalor molar perak pada temperatur itu.
Penyelesaian:
-
Diketahui: S(T)
= 28,35
43 J K-1 mol-1 dan T = 15 K
-
Ditanya: (kapasitas kalor)
-
Jawab : nilai S(0) = 0 untuk kristal
murni dan kristal sempurna,
S(T)
=
S(0) +
28,35
43 J K-1 mol-1 =0
+
28,35
43 J K-1 mol-1 =
=28,35
43 J K-1 mol-1 X 3
=85,05
J
K-1 mol-1
D. Perhitungan
Entropi menurut Perbedaan Temperatur
1.) Entropi
Standar Zat Cair di Atas Titik Lelehnya
Entropi sistem pada temperature T dapat dihubungkan
dengan entropi pada T=0 dengan mengukur kapasitas kalor Cp pada
temperatur berbeda-beda dan mengevaluasi integral. Pada setiap transisi fase,
entropi transisi harus ditambahkan (trs /Tt).
Jika suatu perubahan yang terjadi pada proses pelelehan
menyangkut peningkatan entropi, konstribusi perubahannya harus disertakan dalam
perhitungan entropi cairan. Misalnya, suatu padatan meleleh pada keadaan
standar (tekanan 1 atm), kemudian setelah semua meleleh (mencair) suhunya
meningkat terus. Entropi pada proses ini dinyatakan dengan persamaan :
=
Untuk mengevaluasi , maka diperlukan data
mengenai, , Tm, , dan pada rentang suhu yang diinginkan. Data-data
ini diperoleh dari hasil percobaan. Akan tetapi pada suhu yang sangat rendah,
pengukuran sangat sulit dilakukan. Selain itu, masalah lain adalah sukarnya
mengukur kapasitas kalor didekat T=0. Pengukuran kapasitas panas seringkali
hanya dapat dilakukan sampai suhu sekitar 10-15 K.
Ada dasar-dasar teori yang baik untuk menganggap bahwa kapasitas
kalor sebanding dengan T3
jika T rendah, dan ini merupakan dasar
dari ekstrapolasi Debye. Dalam metode ini, Cp diukur sampai
temperatur serendah mungkin. Pada keadaan ini kapasitas panas padatan memenuhi
hukum Debye “T pangkat tiga” secara akurat adalah sebagai berikut:
Cv = aT3
Dengan a suatu tetapan yang khas untuk setiap zat. Pada suhu ini
Cv Cp. oleh
karena itu, hukum Debye tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi integral Cp/T
pada rentang suhu 0 K sampai suhu pengukuran terendah T’. Sehingga,
Dari hukum Debye, a = (Cp)T/T3.
Pada rentang temperatur diatas T’, integral
dievaluasi
secara grafis dengan memplot Cp/T versus T, atau Cp
versus log T. Daerah dibawah kurva merupakan nilai dari integral. Plot versus log T untuk padatan dari 12 K hinga 298
K. Keseluruhan daerah dibawah kurva ketika dikalikan dengan 2,303 menghasilkan
nilai = 32,6 J/Kmol.
Integral
suku pertama ruas kanan pada persamaan di atas dapat dievaluasi dengan cara
(pada T’)
Pada,
=
Penjelasan:
Karena
=
Maka,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
= +
Untuk mengevaluasi integral suku kedua ruas kanan pada persamaan
ini, dapat dilakukan dengan memasukkan data hasil pengukuran dan menegintegralkan pada rentang suhu T’ sampai Tm.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah grafik. Pada cara ini hasil pengukuran dialurkan terhadap T atau terhadap T.
Luas dibawah kurva adalah nilai integralnya.
meleleh
Cp=aT3
padat
cair
diekstrapolasikan Tf
Contoh:
1. Suatu
logam memiliki sebesar 142,7 KJ/mol,suhu 15K,kapasitas kalor
logam sebesar 2,8 J/K.mol dan kapasitas kalor liquid sebesar 7 J/K.mol. Hitung (entropi standar)!
2. Suatu
logam Zn pada temperatur 20 K memiliki sebesar 130,42 KJ/mol, dengan kapasitas kalor
liquid sebesar 14,43 J/K.mol dan memiliki entropi standar sebesar 6526,8
J/K.mol. tentukan kapasitas kalor logam tersebut!
Jawab:
1. Diketahui:
·
142,7 KJ/mol = 142.700
J/mol
·
= 15 K
·
= 2,8 J/K.mol
·
= 7 J/K.mol
Ditanya: entropi standar
Jawab:
=
= +
= 2,8 J/K.mol + + 7 J/K.mol
=0,93 J/K.mol + 9513,33 J/mol. K + 2,33 J/K.mol
=9516,59 J/K.mol
2. Diketahui:
·
= 130,42 KJ/mol= 130420
J/mol
·
= 6526,8 J/K.mol
·
= 14,43 J/K.mol
·
= 20 K
Ditanya:
Kapasitas
kalor logam
Jawab:
=
6526,8
J/K.mol = + + 14,43 J/K.mol
6526,8
J/K.mol = + 6521 J/K.mol + 4,81 J/K.mol
6526,8
J/K.mol = + 6525,81 J/K.mol
=
6526,8 J/K.mol - 6525,81 J/K.mol
=0,99
J/K.mol
=0,99
J/K.mol x 3
=2,97
J/K.mol
2.) Entropi
standar Gas di atas Titik Didihnya
Sebelumnya
kita ketahui :
ΔS
=
ΔS
=
ΔS =
Jika
tekanan konstant, maka Qp = ΔS, oleh karena itu menjadi uap
akan menjadi cair yang disebut dengan titik didih.
ΔS = ΔS
= ΔS =
Beberapa
argument pada entropi campuran pada
titik leleh adalah dengan berikut:
ΔSfus =
Entropi
standar zat cair di atas Titik lelehnya
dengan rumus dibawah ini:
S = dT + + dT
Dari penjelasan yang di atas dapat di simpulkan bhwa entropi
standar gas di atas titik didihnya adalah sebagai berikut:
S = dT + + dT + + dT
Penjelasan
Karena =
Maka,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
S
Contoh
soal:
1. Suatu
unsur mendidih pada suhu 35ᵒC dan memiliki 25.1 KJ/mol. Hitung ΔSᵒvap
?
Dik: Tb = 35ᵒC = 308 K
= 25.1 KJ/mol
Dit
: ΔSᵒvap = ?
Jawab
:
ΔSᵒvap
=
=
ΔSᵒvap = 0.0815 KJ/ Mol K
2. Jika
kapasitas kalor (s) air adalah 69,950J/K.mol
pada suhu 15 K. Hitung entropi uap air pada 200ᵒC dan 0.5 atm .
Diketahui
p (l)
= 75, 291 JK-1mol-1
p (g)
= 33, 577 JK-1mol-1
Δuap = 40,
6563 KJK-1mol-1
Δfus =
142,7 KJK-1mol-1
Penyelesaian :
Dik:
Tb = 200ᵒC = 473 K
p (s) = 69,950J/K.mol
p (l)
= 75, 291 JK-1mol-1
p (g)
= 33, 577 JK-1mol-1
Δuap = 40,
6563 KJ.mol-1 = 40.656,3 J mol-1
Δfus =
142,7 KJ.mol-1 = 142.700 J mol-1
Tm = 15 K
Dit:
Entropi uap air ??
Jawab:
S = dT + + dT + + dT
S = dT + + dT + + dT
S
S69,950J/K.mol + 75,291 JK-1mol-1 + 33, 577 JK-1mol-1
S JK-1mol-1 + 9513,33 JK-1mol-1 + 25,09 JK-1mol-1 + 85,95 JK-1mol-1 + 11,19 JK-1mol-1
S JK-1mol-1
E. Entropi
sebagai Kriteria Kespontanan Proses
Hukum kedua termodinamika dapat digunakan
untuk meramalkan arah suatu proses,apakah pada kondisi tertentu proses tersebut
dapat terjadi atau tidak. Menurut hukum kedua termodinamika ,proses yang
berlangsung pada sistem tersekat (di alam semesta)dapat terjadi apabila
disertai dengan peningkatan entropi.
Menurut hukum kekekalan
energi,energi alam semesta adalah tetap,maka pertukaran kalor sistem dan
lingkungannya bersama-sama berada dalam satu sistem tersekat, sehingga,entropi
sistem dan lingkungannya bersama-sama berada dalam sistem tersekat.oleh karena
itu,dapat juga dikatakan bahwa kedua nilai entropi ini berperan sebagai
kriteria kespontanan proses.berdasarkan pada pernyataan tersebut maka arah
proses dapat diramalkan sebagai berikut.
1. Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
>
0 proses akan berlangsung
2. Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
< 0 proses tidak akan berlangsung
3. Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
=0 proses berlangsung setimbang
Contoh soal
1. Diketahui
perubahan entalpi pembentukan molar standar H2O(g) dan H2O(
l ) masing-masing adalah 241,82 dan 285,83 Kj/mol dan entropi molar standarnya
masing-masing adalah 189 dan 70 JK/mol.Ramalkan apakah uap air dapat mengembun
pada suhu kamar( 298 K dan 1 atm ).
Jawaban
Analisi soal
Diketahui
: ΔH0∫ H2O (l) =-285,83 kJ mol -1
ΔH0∫ H2O(g)=-241,82
Kj mol -1
S, ∫
H2O (l)=70 JK-1
S, ∫ H2O(g)
= 189 JK-1 mol -1
Ditanya: ramalkan
apakah H2O(g) H2O(l)
dapat terjadi, pada suhu kamar ?
Cara penyelesaian
ΔS > 0 Reaki berlangsung
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
ΔSsistm = SH2O(
l ) + SH2O(g)
ΔSlingkungan=
ΔHlingkungan =-ΔHsistem
ΔHsistem =
ΔH0∫. H2O(l)- ΔH0∫.
H2O(g)
Penyelesaian
ΔSsistem =SH2O(l)- SH20(g)
=(70-189) JK-1mol -1
=-119
JK -1mol -1
ΔSlingungan =-ΔH0∫.H2O(
l ) + H2O ( g )
T
=(285,83-241,82) Kj mol-1
298 K
=148 JK-1mol-1
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
=(-119
+ 148 ) JK -1mol -1
=29
JK-1mol -1
2. Diketahui
perubahan entalpi pembentukan molar standar Br2(g) dan Br2
( l ) masing-masing adalah 30,91dan 0 Kj/mol dan entropi molar standarnya
masing-masing adalah 245 dan 152 JK/mol.Ramalkan apakah uap air dapat mengembun
pada suhu kamar( 298 K dan 1 atm ).
Jawaban
Analisi
soal
Diketahui : ΔH0∫
Br2 (l) = 0 kJ mol -1
ΔH0∫ Br2 (g)=
30,91Kj mol -1
S, ∫ Br2 (l)=152 JK-1
S, ∫
Br2 (g) =245 JK-1 mol -1
Ditanya: ramalkan
apakah Br2 (g) Br2
(l) dapat terjadi, pada suhu kamar ?
Cara penyelesaian
ΔS > 0 Reaki berlangsung
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
ΔSsistm = S Br2
( l ) + S Br2 (g)
ΔSlingkungan=
ΔHlingkungan =-ΔHsistem
ΔHsistem =
ΔH0∫. Br2 (l)- ΔH0∫. Br2
(g)
Penyelesaian
ΔSsistem =S Br2 (l)- S Br2 (g)
=(152-245) JK-1mol -1
=-93
JK -1mol -1
ΔSlingungan =-ΔH0∫.
Br2 ( l ) + ΔH0∫. Br2 ( g )
T
=(0- 30,91) KJ mol-1
298 K
=103 JK-1mol-1
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
=(-93 +
103) JK -1mol -1
=10
JK-1mol -1
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hukum
kedua: Entropi suatu sistem yang terisolasi bertambah selama ada perubahan
spontan.
Dengan menyatakan entropi total semua bagian sistem
terisolasi.
2. Hukum
Ketiga:
jika entropi semua unsur dalam keadaan stabilnya pada T=0 diambil sama dengan
nol, semua zat mempunyai entropi positif yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan
untuk semua zat kristal sempurna termasuk senyawa-senyawa entropinya menjadi
nol.
Persamaan,
ST =
3. Entropi
Standar Zat Cair di Atas Titik Lelehnya
Persamaan,
=
4. Entropi
standar Gas di atas Titik Didihnya
Persamaan,
S = dT + + dT + + dT
5. Entropi
sebagai Kriteria Kespontanan Proses
Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
>
0 proses akan berlangsung
Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
< 0 proses tidak akan berlangsung
Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
=0 proses berlangsung setimbang
B. SARAN
Kepada
para pembaca diharapkan teliti dalam membaca dan memahami makalah ini, karena
banyak terdapat rumus beserta turunnya. Untuk latihan soal, dapat di coba
berulang-ulang agar lebih memahami materi yang ada dalam makalah ini.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Hukum pertama termodinamika secara esensial adalah
hukum kekekalan energi yang memasukkan kalor sebagai model perpindahan energi. Menurut
hukum pertama, energi dalam suatu zat dapat ditingkatkan dengan menambahkan
kalor ke zat atau dengan melakukan usaha pada zat. Hukum pertama termodinamika
tidak membatasi tentang arah perpindahan kalor yang dapat terjadi. Pada hukum pertama
termodinamika ini mengarah ke pengenalan tentang energy dalam, U, yang
merupakan fungsi keadaan yang memungkinkan kita untuk mengkaji apakah suatu
perubahan diperbolehkan. Perubahan yang bias terjadi hanya yang energi-dalam
sistem- terisolasinya tetap sama.
Hukum yang member petunjuk tentang perubahan
spontan, yaitu hukum kedua termodinamika, yang dinyatakan dalam fungsi keadaan
lain, yaitu “entropi” S. Pada hukum kedua ini entropi digunakan mengenali perubahan spontan di
antara perubahan – perubahan yang diperbolehkan ini:
Hukum kedua: Entropi suatu sistem yang terisolasi
bertambah selama ada perubahan spontan.
Dengan
menyatakan entropi total semua bagian sistem
terisolasi.
Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran
kalor memiliki arah. Dengan kata lain, tidak semua proses di alam ini adalah
reversible (arahnya dapat dibalik). Satu aplikasi penting dari hukum kedua
adalah studi tentang mesin kalor,
seperti mesin bensin pada mobil dan prinsip-prinsip yang membatasi
efisiensinya.
Pada T=0 semua energi gerakan termal sudah diredam.
Pada kristal sempurna, pada T=0, semua partikel ada dalam susunan biasa seragam.
Tidak adanya ketakteraturan dan gerakan termal menunjukkan bahwa material itu
juga mempunyai entropi nol. Kesimpulan ini dinyatakan dalam Hukum Tiga
Termodinamika.
Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan
stabilnya pada T=0 diambil sama dengan nol, semua zat mempunyai entropi positif
yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk
senyawa-senyawa entropinya menjadi nol.
Oleh karena itu, dengan adanya makalah yang berjudul
“ Hukum Kedua dan Ketiga Termodinamika“semoga dapat menambah kasanah
pengetahuan kita tentang termodinamika, khususnya tentang hukum kedua dan
ketiga termodinamika.
B. Tujuan
Penulisan
·
Untuk menambah pengetahuan tentang hukum
kedua termodinamika.
·
Untuk menambah pengetahuan tentang hukum
ketiga termodinamika.
·
Untuk
menambah pengetahuan tentang perubahan entropi berdasarkan temperatur
yang berbeda.
·
Untuk menambah penegtahuan tentang
entropi sebagai kespontanan proses.
C. Batasan
Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang hukum kedua dan
ketiga termodinamika.
D. Manfaat
Tulisan
·
Sebagai bahan acuan tentang hukum kedua
dan ketiga termodinamika.
·
Sebagai
literatur tambahan pengetahuan tentang hukum kedua dan ketiga
termodinamika.
E. Rumusan
Masalah
·
Apa yang dimaksud hukum kedua
termodinamika?
·
Bagaimana perumusan hukum kedua
termodinamika?
·
Apa yang dimaksud dengan hukum ketiga
termodinamika?
·
Bagaiaman perhitungan entropi menurut
perubahan temperatur?
·
Bagaimana akibat entropi sebagai
kriteria kespontanan proses?
F. Metode
Makalah ini di susun
dengan menggunakan metode studi pustaka dan juga pencarian data menggunakan
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hukum Kedua Termodinamika
Menurut
Wikipedia bahasa Indonesia, Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika
kedua menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor
yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu reservoir pada suhu
tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik. Hukum kedua termodinamika mengatakan
bahwa aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam
semesta adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika
seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuhnya akan
mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi, beruang terebut tidak dapat mengambil kalor dari
salju tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energy
kalor memiliki arh, yaitu dari panas ke dingin.
B. Perumusan
Hukum Kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang
dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam.
Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk
suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari
menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada
temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri
dari empat proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor,
pemuaian adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan
adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup
adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai
sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi.
Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut
proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah
proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di
dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar"
1. Dilihat
dari arah proses termodinamik maka proses hukum kedua termodinamik terbagi
menjadi 2 proses yaitu sebagai berikut :
a. Proses
termodinamik yang berlanggsung secara alami seluruhnya disebut proses
ireversibel (irreversibel process). Proses tersebut berlanggsung secara
spontan pada satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor
berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
b. Proses
reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-balik.
Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati
keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan
lingkungannya. Proses reversibel merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi
equilibrium process).
Telah dibahas terdahulu bahwa pada proses
reversibel selalu menghasilkan kerja maksimal, sehingga menghasilkan efisiensi
maksimal. Berbeda dengan proses sebaliknya, efesiensi untuk proses irrevesibel
adalah lebih kecil dari pada proses reversibel,
ϵirr
<
ϵrev
Dengan
ϵirr dan ϵrev adalah efesiensi pada proses
irreversibel dan efesiensi pada proses reversibel. Jika kalor yang diserap pada
suhu T dan T’ masing-masing adalah Q dan Q,maka berdasarkan
persamaan dibawah ini.
Pada proses reversibel selalu menghasilkan kerja
maksimal. Sehingga, menghasilkan efisiensi maksimal. Pada proses reversibel,
kalor diserap pada suhu T dan T’, sehingga,
Penjelasan,
Maka,
Atau secara umum, dapat ditulis dalam bentuk
perhatikan sekarang untuk proses lingkar
irrevisibel ABA, yang terdiri atas satu langkah irreversibel AB, dan satu
langkah reversibel BA, untuk proses lingkar tersebut berlaku’
) < 0
( >
∆S >
Dengan ∆S adalah perubahan entropi untuk proses
irreversibel AB, Q adalah kalor yang diserap sisitem, dan T adalah suhu.
Apabila proses tersebut berlangsung dalam sisitem tersekat, maka Dq = 0
sehingga ∆S >0.
Proses-proses
spontan yang terjadi dialam semesta bersifat irreversibel. Sementara itu,
ditinjau daripertukaran kalornya, alam semesta merupakan sistem tersekat. Oleh
karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa : “semua proses yang terjadi di alam
semesta selalu brlangsung ke arah peningkatan entropi”. Pernyataan ini
merupakan rumusan Hukum Kedua Termodinamika.
·
Efesiensi
Mesin Bakar
Efesiensi
mesin bakar didefinisikan sebagai perbandingan jumlah total kerja yang
dilakukan terhadap jumlah total panas yang diabsorbsi,yaitu
ϵ= (4.5)
Soal dan
pembahasan
1.
siklus carnot
reversibel melakukan kerja ekuivalen dengan 150 kj per siklus. Jika panas yang dipasok
oleh siklus adalah 225 kj pada 227oC per siklus, hitung (a)
temperatur dimana panas dilepaskan, (b) efesiensi termal mesin.
Dengan menggunakan persamaan (4.5)
= = = 0,667
Sekarang =
T1=273
+ 227 = 500 K
0,667
Sehingga 0,667
=
Atau T2
= 166,5 K
2. Suhu
didalam lemari es adalah -3oC. Fluida kerja yang dimampatkan di
dalamnya mengembun pada suhu 27oC. Tentukanlah koefisien daya guna
lemari es tersebut?
Penyelesaian
:
Besaran yang diketahui :
T 2 =
-3 + 273 = 270 K
T1 =
27 + 273 = 300 K
Koefisien daya guna lemari es dihitung dengan rumus
:
=
= 9
3. Sebuah
mesin kalor yang bekerja antara reservoir
kalor bersuhu rendah 27oC dan reservoir kalor bersuhu tinggi T1,ditingkatkan efisiensi
maksimumnya dari 25% hingga manjadi 50% dengan menaikan suhu T1 Menjadi T’1. Tentukanlah nilai T1 dan T’1.
Penyelesaian
:
Besaran
yang diketahui :
T2
: 27 + 273 = 300K
η
: 25% =0,25
η’ : 50% =0,5
Dari
rumus efisiensi mesin diperoleh :
η
T1
T1
= 400K
T1
= 400 - 273 =127oC
Peningkatan
efisiensi dilakukan dengan menaikan T1
Menjadi T’1, maka :
η
T’1
T’1
= 600K
T’1
= 600 - 273 =327oC
C. Pengertian Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait
dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu
sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi
benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Molekul hanya memiliki energi vibrasi (di samping energy electron dan energy
inti) yang sama besar, sehingga berada dalam keadaan kuantum tunggal. Jika di
tijau dari kedudukan dan distribusi energinya , penyusun-penyusun molekul dalam
suatu Kristal yang sempurna pada 0 K
hanya dapat terlaksana dengan satu cara. Dalam ini W=1. Jadi entropi suatu
Kristal murni yang sempurna ialah 0 pada 0 K. Pernyataan ini terkenal sebagai HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA
S0
= 0
Dalil kalor
Nernst
Pengamatan termodinamika yang sesuai dengan kesimpulan ini dikenal sebagai
dalil kalor Nernst.
Perubahan entropi dalam suatu transformasi, mendekati nol, ketika
temperature mendekati nol:
∆S 0 ketika T 0
Contohnya, entropi transisi antara
sulfur ortorombik , S() dan sulfur monoklinik, S() dapat diukur dengan menentukan
entalpinya (-402 J mol-1) pada temperatur transisi (369 K):
= -1,09 JK-1mol-1
Kedua entropi itu juga dapat ditentukan dengan mengukur kapasitas kalor
dari T = 0 sampai T = 369 K (pada temperatur rendah laju transformasi sangat
rendah, sehingga kestabilan relatif termodinamika dari bentuk monoklinik tidak
penting lagi; bentuk-bentuk itu stabil secara termodinamika internal). Kita
dapatkan:
Menunjukkan
bahwa pada temperatur transisi
Dengan
membandingkan nilai ini dengan nilai di atas, kita menyimpulkan bahwa
Sesuai
dengan dalilnya.
Dengan demikian, dari dalil Nernst ini jika kita menganggap entropi unsur-unsur
dalam bentuk kristal sempurnanya
bernilai nol pada T = 0, semua kristal sempurna senyawa-senyawa juga mempunyai
entropi sebesar nol pada T=0 (karena perubahan
entropi yang menyertai pembentukan senyawa-senyawa, seperti halnya semua
transformasi, bernilai nol). Karena itu, semua kristal sempurna dianggap
memiliki entropi nol pada T=0.
Hukum Ketiga: jika entropi semua unsur dalam keadaan
stabilnya pada T=0 diambil sama dengan nol, semua zat mempunyai entropi positif
yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan untuk semua zat kristal sempurna termasuk
senyawa-senyawa entropinya menjadi nol.
Entropi
Hukum Ketiga
Untuk selanjutnya, dibuat pilihan S(0)=0 untuk
kristal sempurna. Entropi yang tercatat berdasarkan hal itu disebut entropi
Hukum Ketiga (dan sering juga hanya disebut ebagai entropi). Jika zat dalam
keadaan standarnya pada temperatur T, entropi standar (Hukum Ketiga) nya diberi
notasi S0(T).
Entropi reaksi
standar didefinisikan, seperti entalpi reaksi standar,
sebagai selisih antara entropi produk murni terpisah dengan reaktan murni
terpisah, semua zat itu dalam keadaan standar pada temperatur tertentu. Jadi
secara umum:
Kita
tinjau transformasi suatu padatan dari suhu 0 absolut ke suhu T di bawah titk
lelehnya,yang terjadi pada tekanan tetap.
Padatan (0 K.P) padatan
(T,P)
Perubahan entropinya,pada P tetap
sesuai dengan yang dinyatakan oleh persamaan(4.43)yakni
ΔS = ST –s0 =
Atau
ST = S0 +
Oleh
karena Cp Positif,integral
persamaan (4.58)akan bernilai positif ,sehingga entropi hanya dapat meningkat
karena suhu.pada nol kelvin entropi memiliki nilai S0 Yang paling
kecil.pada tahun 1913,M.Planck mengusulkan bahwa nilai S 0 adalah
nol untuk setiap kristal murni dan kristal sempurna.pernyataan ini kemudian
dikenal sebagai hukum ketiga Termodinamika: Entropi
kristal murni yang sempurna adalah pada
suhu nol absolut
Jika hukum ketiga Termodinamika diterapkan terhadap persamaan (4.58),di
peroleh persamaan
ST =
Turunan,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
ST
= (pada T’)
ST
disebut entropi(mutlak)padatan pada suhu T dan tekanan P.Jika tekanannya
1 atm,maka entropi itu di sebut entropi standar, , sehingga dapat di tulis menjadi
Turunan,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
(pada T’)
Soal
1. Kapasitas
kalor molar emas pada temperatur 10 K adalah 0,43 J K-1 mol-1
berapa entropi molarnya pada temperatur itu.
Jawaban
Kita dapat
mengasumsikan pada temperatur rendah kapasitas kalor sama dengan aT3,
yaitu
S(T) – S(0) = =
Namun demikian, karena adalah kapasitas kalor pada temperatur T, maka
, sehingga
S(T) = S(0) +
=
S(0) + 0,43 J K-1
mol-1
=
S(0) + 0,14 J K-1 mol-1
Karena
S(0)
adalah 0 maka,
S(T) = 0,14 J K-1 mol-1
2. Jika
entropi molar perak pada temperatur 15 K adalah 28,35 43 J K-1 mol-1.
Berapa kapasitas kalor molar perak pada temperatur itu.
Penyelesaian:
-
Diketahui: S(T)
= 28,35
43 J K-1 mol-1 dan T = 15 K
-
Ditanya: (kapasitas kalor)
-
Jawab : nilai S(0) = 0 untuk kristal
murni dan kristal sempurna,
S(T)
=
S(0) +
28,35
43 J K-1 mol-1 =0
+
28,35
43 J K-1 mol-1 =
=28,35
43 J K-1 mol-1 X 3
=85,05
J
K-1 mol-1
D. Perhitungan
Entropi menurut Perbedaan Temperatur
1.) Entropi
Standar Zat Cair di Atas Titik Lelehnya
Entropi sistem pada temperature T dapat dihubungkan
dengan entropi pada T=0 dengan mengukur kapasitas kalor Cp pada
temperatur berbeda-beda dan mengevaluasi integral. Pada setiap transisi fase,
entropi transisi harus ditambahkan (trs /Tt).
Jika suatu perubahan yang terjadi pada proses pelelehan
menyangkut peningkatan entropi, konstribusi perubahannya harus disertakan dalam
perhitungan entropi cairan. Misalnya, suatu padatan meleleh pada keadaan
standar (tekanan 1 atm), kemudian setelah semua meleleh (mencair) suhunya
meningkat terus. Entropi pada proses ini dinyatakan dengan persamaan :
=
Untuk mengevaluasi , maka diperlukan data
mengenai, , Tm, , dan pada rentang suhu yang diinginkan. Data-data
ini diperoleh dari hasil percobaan. Akan tetapi pada suhu yang sangat rendah,
pengukuran sangat sulit dilakukan. Selain itu, masalah lain adalah sukarnya
mengukur kapasitas kalor didekat T=0. Pengukuran kapasitas panas seringkali
hanya dapat dilakukan sampai suhu sekitar 10-15 K.
Ada dasar-dasar teori yang baik untuk menganggap bahwa kapasitas
kalor sebanding dengan T3
jika T rendah, dan ini merupakan dasar
dari ekstrapolasi Debye. Dalam metode ini, Cp diukur sampai
temperatur serendah mungkin. Pada keadaan ini kapasitas panas padatan memenuhi
hukum Debye “T pangkat tiga” secara akurat adalah sebagai berikut:
Cv = aT3
Dengan a suatu tetapan yang khas untuk setiap zat. Pada suhu ini
Cv Cp. oleh
karena itu, hukum Debye tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi integral Cp/T
pada rentang suhu 0 K sampai suhu pengukuran terendah T’. Sehingga,
Dari hukum Debye, a = (Cp)T/T3.
Pada rentang temperatur diatas T’, integral
dievaluasi
secara grafis dengan memplot Cp/T versus T, atau Cp
versus log T. Daerah dibawah kurva merupakan nilai dari integral. Plot versus log T untuk padatan dari 12 K hinga 298
K. Keseluruhan daerah dibawah kurva ketika dikalikan dengan 2,303 menghasilkan
nilai = 32,6 J/Kmol.
Integral
suku pertama ruas kanan pada persamaan di atas dapat dievaluasi dengan cara
(pada T’)
Pada,
=
Penjelasan:
Karena
=
Maka,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
= +
Untuk mengevaluasi integral suku kedua ruas kanan pada persamaan
ini, dapat dilakukan dengan memasukkan data hasil pengukuran dan menegintegralkan pada rentang suhu T’ sampai Tm.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah grafik. Pada cara ini hasil pengukuran dialurkan terhadap T atau terhadap T.
Luas dibawah kurva adalah nilai integralnya.
meleleh
Cp=aT3
padat
cair
diekstrapolasikan Tf
Contoh:
1. Suatu
logam memiliki sebesar 142,7 KJ/mol,suhu 15K,kapasitas kalor
logam sebesar 2,8 J/K.mol dan kapasitas kalor liquid sebesar 7 J/K.mol. Hitung (entropi standar)!
2. Suatu
logam Zn pada temperatur 20 K memiliki sebesar 130,42 KJ/mol, dengan kapasitas kalor
liquid sebesar 14,43 J/K.mol dan memiliki entropi standar sebesar 6526,8
J/K.mol. tentukan kapasitas kalor logam tersebut!
Jawab:
1. Diketahui:
·
142,7 KJ/mol = 142.700
J/mol
·
= 15 K
·
= 2,8 J/K.mol
·
= 7 J/K.mol
Ditanya: entropi standar
Jawab:
=
= +
= 2,8 J/K.mol + + 7 J/K.mol
=0,93 J/K.mol + 9513,33 J/mol. K + 2,33 J/K.mol
=9516,59 J/K.mol
2. Diketahui:
·
= 130,42 KJ/mol= 130420
J/mol
·
= 6526,8 J/K.mol
·
= 14,43 J/K.mol
·
= 20 K
Ditanya:
Kapasitas
kalor logam
Jawab:
=
6526,8
J/K.mol = + + 14,43 J/K.mol
6526,8
J/K.mol = + 6521 J/K.mol + 4,81 J/K.mol
6526,8
J/K.mol = + 6525,81 J/K.mol
=
6526,8 J/K.mol - 6525,81 J/K.mol
=0,99
J/K.mol
=0,99
J/K.mol x 3
=2,97
J/K.mol
2.) Entropi
standar Gas di atas Titik Didihnya
Sebelumnya
kita ketahui :
ΔS
=
ΔS
=
ΔS =
Jika
tekanan konstant, maka Qp = ΔS, oleh karena itu menjadi uap
akan menjadi cair yang disebut dengan titik didih.
ΔS = ΔS
= ΔS =
Beberapa
argument pada entropi campuran pada
titik leleh adalah dengan berikut:
ΔSfus =
Entropi
standar zat cair di atas Titik lelehnya
dengan rumus dibawah ini:
S = dT + + dT
Dari penjelasan yang di atas dapat di simpulkan bhwa entropi
standar gas di atas titik didihnya adalah sebagai berikut:
S = dT + + dT + + dT
Penjelasan
Karena =
Maka,
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
=
=
=
=
=
=(pada T’)
= (pada T’)
Sehingga,
S
Contoh
soal:
1. Suatu
unsur mendidih pada suhu 35ᵒC dan memiliki 25.1 KJ/mol. Hitung ΔSᵒvap
?
Dik: Tb = 35ᵒC = 308 K
= 25.1 KJ/mol
Dit
: ΔSᵒvap = ?
Jawab
:
ΔSᵒvap
=
=
ΔSᵒvap = 0.0815 KJ/ Mol K
2. Jika
kapasitas kalor (s) air adalah 69,950J/K.mol
pada suhu 15 K. Hitung entropi uap air pada 200ᵒC dan 0.5 atm .
Diketahui
p (l)
= 75, 291 JK-1mol-1
p (g)
= 33, 577 JK-1mol-1
Δuap = 40,
6563 KJK-1mol-1
Δfus =
142,7 KJK-1mol-1
Penyelesaian :
Dik:
Tb = 200ᵒC = 473 K
p (s) = 69,950J/K.mol
p (l)
= 75, 291 JK-1mol-1
p (g)
= 33, 577 JK-1mol-1
Δuap = 40,
6563 KJ.mol-1 = 40.656,3 J mol-1
Δfus =
142,7 KJ.mol-1 = 142.700 J mol-1
Tm = 15 K
Dit:
Entropi uap air ??
Jawab:
S = dT + + dT + + dT
S = dT + + dT + + dT
S
S69,950J/K.mol + 75,291 JK-1mol-1 + 33, 577 JK-1mol-1
S JK-1mol-1 + 9513,33 JK-1mol-1 + 25,09 JK-1mol-1 + 85,95 JK-1mol-1 + 11,19 JK-1mol-1
S JK-1mol-1
E. Entropi
sebagai Kriteria Kespontanan Proses
Hukum kedua termodinamika dapat digunakan
untuk meramalkan arah suatu proses,apakah pada kondisi tertentu proses tersebut
dapat terjadi atau tidak. Menurut hukum kedua termodinamika ,proses yang
berlangsung pada sistem tersekat (di alam semesta)dapat terjadi apabila
disertai dengan peningkatan entropi.
Menurut hukum kekekalan
energi,energi alam semesta adalah tetap,maka pertukaran kalor sistem dan
lingkungannya bersama-sama berada dalam satu sistem tersekat, sehingga,entropi
sistem dan lingkungannya bersama-sama berada dalam sistem tersekat.oleh karena
itu,dapat juga dikatakan bahwa kedua nilai entropi ini berperan sebagai
kriteria kespontanan proses.berdasarkan pada pernyataan tersebut maka arah
proses dapat diramalkan sebagai berikut.
1. Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
>
0 proses akan berlangsung
2. Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
< 0 proses tidak akan berlangsung
3. Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
=0 proses berlangsung setimbang
Contoh soal
1. Diketahui
perubahan entalpi pembentukan molar standar H2O(g) dan H2O(
l ) masing-masing adalah 241,82 dan 285,83 Kj/mol dan entropi molar standarnya
masing-masing adalah 189 dan 70 JK/mol.Ramalkan apakah uap air dapat mengembun
pada suhu kamar( 298 K dan 1 atm ).
Jawaban
Analisi soal
Diketahui
: ΔH0∫ H2O (l) =-285,83 kJ mol -1
ΔH0∫ H2O(g)=-241,82
Kj mol -1
S, ∫
H2O (l)=70 JK-1
S, ∫ H2O(g)
= 189 JK-1 mol -1
Ditanya: ramalkan
apakah H2O(g) H2O(l)
dapat terjadi, pada suhu kamar ?
Cara penyelesaian
ΔS > 0 Reaki berlangsung
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
ΔSsistm = SH2O(
l ) + SH2O(g)
ΔSlingkungan=
ΔHlingkungan =-ΔHsistem
ΔHsistem =
ΔH0∫. H2O(l)- ΔH0∫.
H2O(g)
Penyelesaian
ΔSsistem =SH2O(l)- SH20(g)
=(70-189) JK-1mol -1
=-119
JK -1mol -1
ΔSlingungan =-ΔH0∫.H2O(
l ) + H2O ( g )
T
=(285,83-241,82) Kj mol-1
298 K
=148 JK-1mol-1
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
=(-119
+ 148 ) JK -1mol -1
=29
JK-1mol -1
2. Diketahui
perubahan entalpi pembentukan molar standar Br2(g) dan Br2
( l ) masing-masing adalah 30,91dan 0 Kj/mol dan entropi molar standarnya
masing-masing adalah 245 dan 152 JK/mol.Ramalkan apakah uap air dapat mengembun
pada suhu kamar( 298 K dan 1 atm ).
Jawaban
Analisi
soal
Diketahui : ΔH0∫
Br2 (l) = 0 kJ mol -1
ΔH0∫ Br2 (g)=
30,91Kj mol -1
S, ∫ Br2 (l)=152 JK-1
S, ∫
Br2 (g) =245 JK-1 mol -1
Ditanya: ramalkan
apakah Br2 (g) Br2
(l) dapat terjadi, pada suhu kamar ?
Cara penyelesaian
ΔS > 0 Reaki berlangsung
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
ΔSsistm = S Br2
( l ) + S Br2 (g)
ΔSlingkungan=
ΔHlingkungan =-ΔHsistem
ΔHsistem =
ΔH0∫. Br2 (l)- ΔH0∫. Br2
(g)
Penyelesaian
ΔSsistem =S Br2 (l)- S Br2 (g)
=(152-245) JK-1mol -1
=-93
JK -1mol -1
ΔSlingungan =-ΔH0∫.
Br2 ( l ) + ΔH0∫. Br2 ( g )
T
=(0- 30,91) KJ mol-1
298 K
=103 JK-1mol-1
ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan
=(-93 +
103) JK -1mol -1
=10
JK-1mol -1
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hukum
kedua: Entropi suatu sistem yang terisolasi bertambah selama ada perubahan
spontan.
Dengan menyatakan entropi total semua bagian sistem
terisolasi.
2. Hukum
Ketiga:
jika entropi semua unsur dalam keadaan stabilnya pada T=0 diambil sama dengan
nol, semua zat mempunyai entropi positif yang pada T=0 dapat menjadi nol, dan
untuk semua zat kristal sempurna termasuk senyawa-senyawa entropinya menjadi
nol.
Persamaan,
ST =
3. Entropi
Standar Zat Cair di Atas Titik Lelehnya
Persamaan,
=
4. Entropi
standar Gas di atas Titik Didihnya
Persamaan,
S = dT + + dT + + dT
5. Entropi
sebagai Kriteria Kespontanan Proses
Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
>
0 proses akan berlangsung
Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
< 0 proses tidak akan berlangsung
Jika ΔSsistem
+ ΔSlingkungan
=0 proses berlangsung setimbang
B. SARAN
Kepada
para pembaca diharapkan teliti dalam membaca dan memahami makalah ini, karena
banyak terdapat rumus beserta turunnya. Untuk latihan soal, dapat di coba
berulang-ulang agar lebih memahami materi yang ada dalam makalah ini.
Mau tau cara mendapatkan uang menggunakan internet, berikut ini panduan: cara mendapatkan uang dari interntet dengan bisnis affiliasi
BalasHapusBeberpa tips agar lulus psikotes adalah dengan mempelajari contoh-contoh soal psikotes, diantaranya:
Contoh Soal Psikotes Bank-BUMN-Swasta
Soal-Soal CPNS Terbaru
Contoh Soal Psikotes Gambar
Contoh Soal Psikotes Pauli
Soal Psikotes dan Wawancara Kerja
Contoh soal psikotes spasial
Soal Psikotes Tes IQ Teki Teki
Soal Latihan dan Software CAT CPNS
Jika anda ingin segera memperoleh momongan sebaiknya anda memahami Cara cepat hamil dan tips cepat hamil. Anda akan di bantu oleh dokter spesialis kandungan ternama yaitu dr. Rosdiana Ramli SpOG. Beliau telah banyak membimbing orang2 agar segera memperoleh momongan.
Atau jika tertarik ingin meningkatkan pengunjung blog , kami menyediakan sejumlah backlink berkualitas, temukan di link ini: Jual Backlink PR 50 ribu. Ada juga yang gratisan tidak perlu bayar yaitu: Daftar blog dofollow auto approve terbaru.
Selamat mencoba semoga sukses.