Kamis, 28 Maret 2013

LAPORAN PENELITIAN “KERIPIK KELAKAI”


LAPORAN PENELITIAN
“KERIPIK KELAKAI”
Dosen: Prof.Dr.Suandi Sidauruk, M.Pd


IRMA AYUVIRTAYANTI ACC 111 0063
KARTI ENDAH UTAMI ACC 111 0002
NELA LESTARI ACC 111 0020



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2013




I.                   TOPIK PERCOBAAN              : KERIPIK KELAKAI
II.                     TUJUAN PERCOBAAN         : 1. Menemukan bahan lokal yang bisa
      dalam kehidupan
              2. Membuat Keripik Kelakai tanpa
                  menggunakan zat adiktif
              3. Mencari kandungan nilai gizi dari kelakai
III.        DASAR TEORI             :
                             Kelakai merupakan tanaman jenis paku-pakuan yang biasa ditemukan di daerah rawa. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina. Dalam siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
                           Adapun kalsifikasi kelakai
          Kelakai (Stenochlaena palustris)
·  Kingdom/kerajaan: Plantae (tumbuhan)
·  Division/divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
·  Class/kelas: Pteridopsida/Polypodiopsida
·  Order/golongan: Blechnales
·  Family/keluarga: Blechnaceae
·  Genus/marga: Stenochlaena
·  Species/jenis: Stenochlaena palustris J.Sm
Kelakai--nama lokal di Kalimantan Tengah--merupakan tumbuhan paku yang tumbuh di hutan hujan tropis. Tumbuhan yang termasuk paku-pakuan ini tumbuh liar dengan koloni yang besar di pulau Kalimantan. Warna daun muda biasanya putih kekuningan hingga merah tua dengan sedikit kandungan lendir. Dengan kemampuan adaptasinya, kelakai dapat hidup di tanah gambut yang kandungan asamnya tinggi. Selain itu, kelakai dapat tumbuh dengan baik pada musim kemarau dengan kadar air yang sangat minim sekalipun. Kelakai dapat tumbuh di atas tanah, merambat di pepohonan, dan di pinggiran sungai, danau, atau selokan. Tumbuhan ini memiliki kemampuan otofotosintesis.

Pakis terkadang disama artikan dengan kelakai. Padahal, kelakai hanya salah satu jenis dari pakis. Pakis merupakan nama jamak dari paku. Tumbuhan paku yang belum diidentifikasi untuk sementara disebut sebagai pakis. Salah satu pakis yang terkenal adalah kelakai dan bajei.


                        Epidermis tumbuhan paku mempunyai lapisan kutikula.  Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Memiliki trakeida dan berkayunya dinding-dinding trakeida, menambah kekuatan untuk mendukung tunas-tunas, sehingga tumbuhan paku berlainan dengan lumut (Tjitrosoepomo, 2009).
                           Kelakai merupakan paku tanah, yang memiliki panjang 5-10 m dengan akar rimpang yang memanjat tinggi, kuat, pipih, persegi, telanjang atau bersisik kerapkali dengan tubas yang merayap, tumbuhnya secara perlahan atau epifit dengan akar utama berada di tanah. Daun kelakai menyirip tunggal, dan dimorph. Tangkai daun tumbuhan kelakai berukuran 10-20 cm, yang cukup kuat. Daunnya steril, 30-200 x 20-50 cm, kuat, mengkilat, gundul, yang muda kerap kali berwarna keungu-unguan; anak daunnya banyak, bertangkai pendek, berbentuk  lanset, dengan lebar 1,5-4 cm, meruncing denan kaki lacip baji atau membulat, kedua sisi tidak sama, diatas kaki begerigi tajam dan halus, yrat daun berjarak lebar, anak daun fertil lebarnya 2-5 mm (Hessler et al., 2000).
(Sutomo dkk, 2010)

          Kandungan metabolit sekunder tanaman kelakai yakni hasil pengukuran sampel daun dan batang yaitu untuk kadar air 8,56% dan 7,28%, kadar abu 10,37% dan 9,19%, kadar serat kasar 1,93% dan 3,19%, kadar protein 11,48% dan 1,89%, kadar lemak 2,63% dan 1,37%. Hasil analisis mineral Ca lebih tinggi di daun dibandingkan batang yaitu 182,07 mg per 100 g, demikian pula dengan Fe tertinggi 291,32 mg per100 g. Hasil analisis vitamin C tertinggi terdapat di batang 264 mg per 10 g dan vitamin A tertinggi terdapat di daun 26976,29 ppm. Kandungan fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid tertinggi terdapat pada batang ,sebesar 3,010%, 3,817% dan 2,583%. Senyawa bioaktif yang paling dominan adalah alkaloid. Berdasarkan hasil analisis, Kalakai dapat dijadikan pangan fungsional (Maulidya dkk., 2006).
                                     Kelakai hidup di daerah  tanah  gambut, air tawar dan  hutan belukar. Tanaman tersebut banyak dijumpai di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki struktur tanah  gambut. Habitat tanaman kelakai ini memang di daerah yang basah dan tergenang (Sutomo dkk, 2010). Tanaman cukup mudah berkembang dan bila dibiarkan akan menutupi area yang cukup luas.
Cara penyebaran kelakai dengan tunas dan sulur serta spora.
                                    Tanaman ini memiliki banyak khasiat, seperti antidiare. Selain itu, juga dipercayai oleh masyarakat Dayak sebagai obat penambah darah serta obat awet muda. Tidak lupa juga, pucuk muda kelakai ini adalah bahan masakan yang cukup lezat. Menariknya, tumbuhan yang kerap dijadikan sayur itu memiliki manfaat unik. Kalakai ternyata dapat menunda proses penuaan manusia. Berdasarkan studi empirik, diketahui bahwa kalakai dipergunakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah untuk mengobati anemia, pereda demam, mengobati sakit kulit, serta sebagai obat awet muda (Sutomo dkk., 2010).
                           Dalam kehidupan sehari-hari, tumbuhan paku juga berperan dalam kehidupan, antara lain:
a. Sebagai tanaman hias,.
b. Sebagai tanaman obat,
c. Sebagai bingkai dalam karangan bunga.
d. Sebagai pupuk hijau.
e. Sebagai sayuran, 

                           Ada pun beberapa contoh tanaman kelakai yaitu :





                       

                                    Mengingat banyaknya manfaat yang bisa didapat dari Kelakai, serta kandungan yang baik  maka disini peniliti mencobaa untuk memperkenalkan salah satu alternative dalam penggunanan kelakai yaitu bisa diolah menjadi camilan ringan seperti keripik kelakai.



















IV : ALAT DAN BAHAN
A.    ALAT
No
Nama Alat
Jumlah
1
Baskom
2 buah
2
Pengaduk
2 buah
3
Wajan
1 buah
4
Cobek
1 buah
5
Kompor
1 buah

B.     BAHAN
No
Nama Bahan
Jumlah
1
Kelakai
1 ikat
2
Tepung beras
Secukupnya
3
Bawang putih, garam, ketumbar
Secukupnya
4
Minyak Goreng
Secukupnya















V. PROSEDUR KERJA
            1. Mencuci bersih kelakai kemudian meniriskan dan meletakan pada baskom.
                       





2.  Menghaluskan bumbu-bumbu seperti bawang putih, ketumbar, garam dengan menggunakan 
    Cobek.





3.  Mencampurkan bumbu-bumbu tadi kedalam baskom yang telah berisi tepung beras dan
     mengaduk sampai rata. Jangan lupa tambahkan air secukupnya.







4. Kemudian segera memasukan kelakai tadi kedalam adonan yang telah dibuat.
 






5. Setelah itu menggoreng kelakai yang telah dicampurkan kedalam adonan.




        Sebaiknya dalam menggoreng kelakai, hendaknya kelakai digoreng satu persatu agar tidak
         Terjadi penggumpalan dalam proses penggorengan.
   6. Setelah matang keripik kelakai siap disajikan.
                  







VI. KESIMPULAN DAN SARAN
a.       KESIMPULAN
Dari kegiatan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya banyak sekali bahan local yang bisa diaplikasikan ke kehidupan kita. Akan tetapi kurangnya ilmu pengetahuan, referensi serta literature-literatur dalam hal tersebut menjadi kendala yang sangat besar.
Dalam penilitian ini peneliti menggunakan kelakai sebagai alternative camilan keluarga, mengingat bahwa kelakai banyak sekali terdapat di dalam lingkungan peneliti, selain kandungan gizi yang baik didalamnya juga terdapat vitamin c, vitamin A serta Kandungan fitokimia flavonoid, alkaloid dan steroid yang tentunya sangat baik bagi tubuh kita.
Selain itu juga dalam pembuatan keripik kelakai ini, peneliti tidak menggunakan MSG, namun menambahkan bumbu-bumbu dapur untuk meningkatkan cita rasa dari kelakai tersebut.
b.      SARAN
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, warga masyarakat yang tinggal didaerah Kalimantan, khususnya Kalimantan tengah dapat mencoba inovasi terbaru dalam pemanfaatan kelakai yang tidak hanyak dimasak sebagi sayur namun juga bisa dimanfaatkan sebagi alternative camilan keluarga.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum,, ka.. saya Mauli dari universitas Islam Sultan Agung,, saya minta izin untuk mengambil beberapa materi yang ada di tulisan kaka ini yaa, untuk tugas kampus.. mohon izin ya ka :)

    BalasHapus
  2. maaf kalo buat daftar pustakanya mana

    BalasHapus